Cari Entri lain

Senin, 17 Agustus 2015

GANDRUNG REPRESENTATIF


SKENARIO yang dibuat Aekanu Haryono dalam penampilan tarian Gandrung di kota Frankfurt Jerman, merupakan garapan yang representative, sebab hanya dalam beberapa menit dan tidak sampai berjam-jam, pagelaran Gandrung itu sudah mencakup hampir seluruh kesenian daerah yang ada di Banyuwangi untuk disuguhkan dan dibaca seperti buku yang diperankan hanya oleh sebelas orang, selaku penari dan pengrawit dengan cara saling dukung mendukung sebagai peran narasi.
Diawali dengan gendung pengantar dan dilanjutkan dengan tari jejer, tari seblang, paju gandrung, angklung, patrol, terbang kuntulan, pracak dan barong. Kesemuanya itu dapat disaksikan secara lengkap dengan urutan yang sangat aktraktif, estetis dan menarik, seperti sedang membaca.
Semoga gerak tari itu dapat membantu para pelaku untuk menolak hawa yang sangat dingin di wilayah Weisbaden itu dan semoga gending PODO NONTON dalam terjemahan puisi, bisa melahirkan banyak inspirasi sesudah Frankfurt Book Fair.


KESAKSIAN BERSAMA

Yang cempedak rebah di jalan
Yang perut perut kelaparan
Yang cempedak rebah di jalan
Yang berjalan tampa lambaian

Oh Putra tersayang
Yang berjalan di empang kebngungan
Yang terjala sutra berbingkai kencana
Melati mungil di sudut halaman
Tersiram layu
Terpetik sekuntum menyentuh hati

Wahai anak gembala
Cangkuli bukit itu
Tanami kacang menjalar
Seikat harga anak perawan

Sebab bunga yang segulung
Harganya hanya seriba
Tiada mahal dan tiada murah
Telah ditawar Penjual bunga

Oh penjual bunga bangsa
Pada dijajarkan didepan Pendapa Para Tumenggung
Yang telah di iring dengan Payung Agunf

Dan bunga yang berwarna merah itu
Darahnya telah terpercik di petilaman
Menyatu dengan darah pahlawan berkuda teji

Berbaliklah
Telah dinantikan Dikau di depan sekali
Di Pendapa ini

Dan di Pendapa ini pula
Selagi para penguasa mabuk kepayang
Gemercing keris terhunuskan
Sebab pahit dan manis telah dicampur adukkan

Banyuwangi, 7 Agustus 2015

Hasnan Singodimayan
Pengarang novel “Kerudung Santet Gandrung”


Minggu, 28 Juni 2015

LENIN DIHADAPAN TUHAN




Dr. Sir Muhammad Iqbal :

Demi Kekuatan Jiwa yang memadati segenap ruang
Wujud-Mu telah terbukti sangat abadi
Betapa aku pernah tidak percaya, bahwa Engkau ada atau tiada
Selagi angka-angka masih beranjak dalam kisaran waktu

Siapakah yang pernah mendengar getar music atau peristiwa ini ?
Apakah para Punjangga dan Pengembara yang mengembang falsafah
Atau para Cendikiawan yang masih menghitung-hitung jumlah kartika di angkasa.

Tuhan
Disaat ini telah kusaksikan Kekuasaan Sorga dan Neraka
Yang kukira cuma permainan ata para Ulama dan Pendeta
Sedang aku sendiri selalu terpenjara oleh kerja pagi dan senja
Dan engkau benar-benar berwajah sangat abadi
Yang mempesona setiap mata yang jeli

Tuhan
Berikanlah padaku waktu seketika
Untuk menjawab pertanyaanku
Yang selama itu selalu diperbincangkan para Ahli

Demikianlah Tuhan :
Ketika aku masih mengembara dibwah atap angkasa-Mu
Duka dan luka telah menghujam ddadaku
Dari pkir demi pikirku yang membengkak
Jiwaku jadi meledak dan memberontak



Sebab tiada satupun ilmu pengetahuan
Yang pernah mempercakapkan, cara bagaimana mempercayai Kekuasaan-Mu
Sebab kejadian debu yang Engkau Ciptakan
Sebagai Manusia dan Khalfah dibawah payung Kekuasaan-Mu
Telah bertindak semacam Dewa Pembawa api
Yang membakar dunia timur sampai haneur
Dan bertindak laksana Raksasa membawa legam pemberat
Yang menindik dunia barat.

Kecermelangan ilmu pengetahuan dan ruh ruh keyakinan
Telah dipermainkan dengan kehidupan yang penuh penipuan
Sebab tempat perhitungan Bursa di kota-kota
Jauh lebih mulya ditimbang Ka’bah dan Aqsa

Mereka telah bermain dengan dadu dan adu
Kebahagiaan bagi yang segelintir
Seribu kematian bagi yang tergelincir

Pengetahuan dan falsafah
Perguruan tinggi dan kuliah kuliah
Telah menghajarkan Hak yang sama

“Untuk sama-sama menghisap darah manusia”

Kemewahan dan kelebihan
Telah bersaing dengan kebutuhan
Sebab kemenangan masih berada di ujung barat
Matahari seperti tak pernah bisa terbit kembali
Karena Enersi sudah bisa bekerja sendiri
Dengan segenap daya tanpa Budi
Karena segalanya sudah berada dikaki Duli

Demi Nurani yang masih bisa berbisik
Tangan berdaulat bukan di pesawat
Angka-angka tak dapat dhitung dengan muslihat
Sebab jari jemarilah bakal mengkeret
Karena usiamu teah berlanjut
Dan wajahmu sudah pada berkeriput
Sedang dayamu telah bercarut kusut

Tetapi kebenaran yang Mukjijat
Masih menghimbau dengan berbagai ayat
Bahwa diatas kekuatan manusia yang nisbi
Masih bersemayan Kekuatan Yang Hakiki.

Betapa pahi perjalanan Manusia

Yang telah tertelan oleh waktu dan jam jam kerja.

Kamis, 11 Juni 2015

KITAB HIJAU

Hasnan Singodimayan

Ketika Mu’amar Khadaffi merebut kekuasaan dari Raja Idris dimlibia dan menyarakan negaranya sebagai “REPUBLIK RAKYAT”, dunia internasional sempat terkejut dengan pernyatan itu. Bukan terkejut akibat “kudeta”, tetapi terkejut dengan penamaan negara itu sebagai “Rephublik Rakyat” bukan “Republik Islam” seperti pada umumnya do negara-negara yang warganya mayoritas muslm. Sebab negara Libia sudah menyatakan dirinya 97% muslim, 50% lebih penganut paham Imam Sanusi, sisanya berpaham Sunni dan Wahabi.
Sejumlah tokoh dan Ulama sempat mendatangi Kolonel Mu’anar Khadaffi dan mempertanyakan “penamaan” itu. Mengapa tidak secara langsung menamakan negaranya “Republik Islam Libia”. Muamar bersama sebuah agama. Jangan diturunkan derajatnya untuk nama institusi, nama sebuah negara”.
Jawaban itu mebuat mereka yang bertanya, berpikir, bukan membantah. Sebab sembilan orang perwira yang berperan merebut kekuasaan dari Raja Idris itu, memberikan jawaban tambahan “Bahwa syariat Islam, akan diberlakukan di Republik Rakyat Libia.”
Mereka bakal membebaskan warga Libia yang muslim dari pungutan PAJAK, sebab yang dikenaka pajak berdasar syariat agama Islam, hanya warga negara Libia yang Non Muslim yang jumlahnya Cuma 3% dan nilai pajaknya hanya 1%. Sedang warga negara Libia yang muslim yang dibebaskan dari pajak itu, hanya dikenakan wajib ZAKAT 2,5% berdasar syariat yang berlaku.
Suatu keputusan yang membuat rakyat Libia “bergetar”. Mereka yang keberatan untuk membayar “zakat”, diberi kebebasan untuk membayar pajak yang Cuma 1% itu, tetapi dengan kerentuan bahwa status mereka bukan lagi muslim. Tentu saja mereka sangat keberatan. Berganti agama bukan seperti membalik tangan.
Dalam pemerintahan Republik Rakyat Libia, tidak ada yang namanya Menteri Agama yang mengurusi agama, justru yang ada Cuma Menteri Urusan Zakat yang merangkap sebagai Menteri Kordinasi pada Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Urusan Pangan dan ternak. Sekedar untuk menata urusan zakat pada sasarannya.
Dari hasil pendapatan zakat dan pendapatan hasil minyak, republik Rakyat Libia, dalam waktu yang sangat singkat, bisa membuat “SUNGAI”, sepanjang 3000 km dari sumber air Maezan sampai ke teluk “sidra”. Mu’amar Khadaffi, tidak terlalu banyak meminta untuk proyek raksasa itu. Dikanan kiri sungai cukup digarap lahan pertanian “Ratusan hektar” bukan “Ribuan hektar”, sekedar menunjang “Swa sembada pangan” kata Bung Karno. Sebab ketika sungai 3000 km itu, diusulkan pada UNESCO untuk diakui sebagai keajaiban dunia, telah ditolak mentah mentah oleh PBB.
Sungai yang telah dibuat selama 9 tahun sebagai proyek raksasa, telah dikerjakan oleh ahlinya dari Soviet, sebab ahli dari Eropa dan Amerika Serikat, merasa keberatan untuk membantu REPUBLIK Rakyat Libia. Maka jatuh pilihannya pada para ahli dari Soviet yang pernah memotong sebuah sungai di negaranya ke danau Kaspia.
Tetapi negara SOVIET YANG “Komunis” itu, bukan negara bodoh. Sebab 150 tenaga ahlinya, beberapa puluh diantaranya adalah kader partai. Partai Komunis Soviet yang dikenal dengan singkatan CCCP yang bertugas “mengkomuniskan” pekerja Libia dan Afrika menjadi kader komunis di negara yang baru itu. HASILNYA SANGAT MENGAGUMKAN.
Proyek raksasa “pembuatan sungau” itu, telah diselesaikan menurut rencana dalam waktu 9 tahun, bagian dari Rencana Pembangunan Republik itu dengan sejumlah pembangunan bendungan dan jembatan. Tetapi kader partai komunis Soviet yag akan mengkomuniskan pekerja Libia, telah mengalami kegagalan fatal. Sebab para pekerja Libia itu “lebih komunis dari pada komunis”. Sebab lagu lagu yang dinyanyikan pada setiap kerja, berbunyi sangat komunis.
“Kita gali rezeki Tuhan bersama sama, untuk kita nikmati bersama sama” sambil berseru “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar”.
Republik Rakyat Libia terus membangun tanpa kenal lelah. Syariat yang bersifat privat atau pribadi, seperti baca syahadat sebagai pengakuan, shalat dan puasa, dilakukan melalui tekanan moral, lewat para penjabat pemerintah dan anggota Dewan Revolusi untuk menjadi imam dan Kahtib diwilayah kekuasaannya.
Syariat kelima menuaikan rukun haji ke Mekkah, dopercayakan pada Menteri Luar Negeri secara Cuma Cuma, pada sejumlah kader bangsa yang militan, berpengetahuan sangat luas, sehingga mampu mengangkat nama bangsa dan negara Libia sebagai duta luar biasa, bisa bertemu dengan sejumlah bangsa bangsa sedunia.
Pemerintah yang paling tidak disukai Republik Rakyat Libia, selain Zionis dan Amerika Serikat, adalah rezim SAUDI di Jairah Arabia. Kolonel Mu’amar Khadaffi pernah membuat pernyataan tentang pelaksanaan haji yang disebut 8 pokok pikiran Mu’amar, sehingga menggoncang dunia Islam.
Pertama, rezim Saudi di Jazirah Arab itu, bukan penguasa muslim yang menjaga kesucian kota Haramaian. Kedua, islam telah dihina secara semena mena oleh zionist Aramce pada kehidupan nasionalisme bangsa Arab. Ketiga, pelaksanaan haji, bersifat tradisional yang menyimpang dari ajaran Islam. Keempat utntuk mengembalikan ajaran Islam yang sebenarnya, dunia Islam harus melawan kekuasaan itu, baik dari luar maupun dari dala. Kelima, sebab jika rezim Saudi masih menguasai Jazirah itu, maka pelaksanaan haji, tidak memberikan berkah sebagai haji Mabrur. Keenam, kota Haramain, harus berada ditangan muslim sedunia. Ketujuh ibadah haji dimasa yang akan datang, harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
Kedelapan sebab menurut hadist, perkara kekayaan minyak. Penguasa dunia terbagi menjadi tida kekuatan. Berperang untuk menguasainya, memutus hubungan diplomatik dengan memusuhi dan membagi kekuasaan pada yang lebih kuasa. Sebab nilai minyak sama dengan emas dan perak. Maka Zionis Aramce sangat membutuhkan minyak itu.
Karena kekuatan itu, Republik Rakyat Libia, dimusuhi dunia, sebab pahamnya yang sosialisme Tauhid, kurang dimengerti oleh dunia. Dan dunia sudah apriori tidak mau membaca “Kitabul Akhdar”, tidak mau membaca “Kitab Hijau”, tidak mau membaca pikiran pikiran Mu’amar Khadaffi. Apa lagi sikap pribadi Mu’amar Khadaffi, sangat kontroversi melawan protokoler.
Hanya Republik Rakyat Libia, satu satunya negara di dunia yang tidak punya lagu kebangsaan dan tidak punya bendera, hanya secara protokoler berbendera warna hijau. Dinaikkan diatas tiang, cukup dengan mengucap “Basmalah”. Suatu yang sangat “Hharib”, suatu yang aneh untuk jaman sekarang. Dimusuhi dunia, termasuk dunia Isla,. Bernasib seperti sahabat Nabi, Abu Zdar Al Gifari yang beraroma sorga menurut Rasululla. Ketika Rasulullah meninggal. Abu Zdar Al Giffari disingkirkan oleh para sahabat.
Suatu tindakan dan keputusan Mu’amar Khadaffi yang didukung oleh rakyat secara penuh adalah pembubaran Institusi Kepolisian menjadi “polisi Rakyat”. Rakyatlah yang bertindak sebagai Polisi untuk menjaga dirinya sendiri untuk tidak melanggar hukum dengan tidak berbuat laku kriminal.
Tindak kontroversi yang lain dari Mu’amar Khadaffi, pengawal pribadinya terdiri para perwira perempuan yang seksi dan atlet sehingga menimbulkan banyak fitnah untuk dirinya, para perwira perempuan itu, sering berbicara dengan orang luar, tentang kedekatan dirinya dengan Kolonel, sehingga dijadikan isu negatif oleh media barat. Berbagai cara dan laga, mereka ingin menjatuhkan Khadaffi, tetapi yang bakal dijatuhkan seperti batu karang yang tak tergoyahkan.
Sebelum kudeta 1 September 1969, para perwira Revolusi itu, pernah memperdebatkan kemampuan kota Tripoli denga kota Bangkhasi dalam mendukung revolusi dari segala aspeknya, yang terpilih kota angkhazi. Sebab Bangkhazi adalah sebuah kota yang sangat terkesan dan subur, jika dibandingjan dengan kota Tripoli yang kering kerontang.
Bangkhazi dengan airnya yang berlimpah, memberikan kesuburan bagi kota itu yang tidak mungkin diketemukan di Tripoli. Populasi warganya merupakan potensi yang diperhitungkan oleh para perwira Revolusi itu. Di Bangkhazi terdapat tiga aliran Mazhab yang seimbang yaitu Sanusi, Sunni dan Salafi. Berbagai suku yang ada di Libia, terdapat di kota Bangkhazi bersama dengan bangsa Misri da sedikit bangsa Italia.
Dalam perhitungan kekuatan Angkatan bersenjata di Bangkhazi hanya ada pasukan elit Pengawal Raja yang disebut Cyrenacian Force. Di kota Trip Oli ada sepasukan polisi yang dinamakan Tripolotania Police Force, semacam polisi rahasia yang tidak dirahasiakan, bersikap sangat keras dan kasar pada warga. Dibenci dan tidak disukai.
Ketika Konspirasi Israil tujuh puluh tahunan, diperlakukan skenarionya di Afrika Utara yan dimulai dari Tunis, Maroko, Mesir dan Aljazair. Di Libia dijebol lewat Bangkhazi. Ternyata Bangkhazi merupakan titik lemah untuk mengancurkan Libia.
“Bhineka Tunggal Ekanya Libia” meruapakan tembok rapuh untuk dirobohkan. Orang orang Sanusi banyak berada di Menara gading Perguruan Tinggi, sebagai Dosen, Mahaguru dan Mahasiswa. Orang orang Sunni yang terbagi empat itu, Syafie, Hambali, Miliki dan Hanafi merupakan duri persatuan sedang orang orang Wahabi atau Salagfi merupakan kelompok ngambang yang tak punya pendirian politik. Tiga suku yang populasinya cukup beragam di kota Bangkhazi, satu sama lain saling curiga mencurigai, suku Fezzan, Cyrenian dan Trippolian.
Sisi lain yang menjadi kelemahan Mu’amar Khadffi, sembilan orang perwira Revolusioner itu, ketika ada yang meninggal seperti Muhammad Al Migarib dan Abdusalam Jalud atau yang mundur karena udzur, seperti Abdul Mun’in all Huna, Mussatafa Al-Gambi, Umar al Muhlis. Kwedi la Hamid, Muhtat Al-Kurwi dan Abu Bakar Al Ganis, tidak secepatnya menggantikan dengan sejumlah perwira muda seperti Miftah Ali dan Mahmud Magarib. Malah Mu’amat disibukkan oleh anak anaknya yang berbut ingin berkuasa menggantikan bapaknya. Baik Syofiah Fargas, maupun Syaiful Islam, baik As Sa’adi muda militer dan seorang yang gemar sepak bola.
Syofiah Fargas, tidak sehebat Banazir Bhuta, tetapi berambisi untuk tampil seperti putri Zdulfiqar Ali Bhuta itu. Ketika Republik rakyat Libia digempur oleh royalis Raja dan antek antek Amerika Serikat di Timur tengah. Tak seorangpun anak anaknya yang menjadi mujahidin. Kabur entah kemana.
Sekarang epublik Rakyat Libia mensisakan kemeranaan moral, berupa penyesalan yang tidak pernah terlupakan oleh rakyat, ketika fasilitas yang diberikan Republik untuk mereka. Penguasa yang baru yang berneka NATO itu, terlihat masih ragu bertindak, seperti menanti petunjuk Zionis Aramco atau menanti konspirasi tujuh puluhan yang kedua di Asia Tenggara. Mereka membantai penganut sosialisme Tauhid.
Kitab Hijau berisi cara berpikirnya kelompok Mu’tazilah yaitu “Manzila baina Manzilaini”, memilih satu pilihan diantara dua pilihan tetapi diartikan oleh pikiran berat “Teori Internasional Ketiga” berisi tentang masalah demokrasi. Setiap bangsa di dunia harus nberagama, sebab bangsa dan agama merupakan penggerak sejarah manusia dan kemanusiaan, jangan ada dominasi diantara keduanya.
Tujuh tahun kemudian Kitab Hijau volume kedua diterbitkan, isinya sarat dengan kajian “Sosialisme Tauhid” yang kurang dimengerti oleh masyarakat dunia, sebab pengertian tentang “Negara Rakyat” dan Negara Massa” dengan adanya “Dewan Revolusi” pada setiap wilayah administratif, merupakan hal yang baru. Apalagi tanpa menyertakan para Mutfi, Marabit dan para Syeh sebagai anggota dewan.
Sedang Sawayah yang semacam pondok pesantren di Indonesia, kurang memperoleh perhatian dari Dewan Revolusi, dianggapnya merintangi kemajuan. Para Mutfinya yang pernah royal pada Raja Idris, banyak yang dihukum mati oleh Dewan Revolusi, apalagi mereka mengaku punya jalur lurus dengan Imam Sanusi. Sebab yang punya jalur lurus dengan Imam Sanusi, Cuma Omar Mukhtar. Pahlawan Libia yang sama dengan Pangeran Diponegoro di Indoenesia.
Selain Kitab Hijau, Mu’amar Khadaffi menerbitkan koran harian untuk menunjang pemikirannya dalam Kitab Hijau, bernama “Al Fajrul Jadid” yang berarti “Fajar Pembaruan”. Mu’amar Khadaffi menilai pemahaman para Mazhab di Libia menyimpang dari Islam. Penganut Imam Sanusi, dinilai Reformist, ingin memperbarui agama yang sudah baru. Penganut Empat Mazhab, Syafie, Mailiki, Hanafi dan Hambali, dinilai Revisionist, ingin menyempurnakan agama yang sudah sempurna. Kelompok Wahabi atau Salafi dinilai Stagnatist, tidak maju dan tidak mundur. Memberhalakan syariat sebagai suatu yang finish yang sudah final.
Oleh Kitab Hijau, dituntut peninjauan kembali dalam suatu Revolusi yang meluruskan agama Islam seperti yang tertera dalam kitab suci Al-Qur’an dengan membersihkan Islam dari praktek praktek jahiiyah yang terbungkus dalam pakaian Mutfi dan gaya Itali. Revolusi Islam dalam Jamhara Libia, adalah Sosialisme Tauhid.
Sosialisme Tauhid memang sangat sulit untuk bisa dimengerti oleh dunia Islam, hanya sebagian kecil dari Ummat Islam yang berpaham Mu’tazilah yang mampu menjabarkan Sosialisme Tauhid itu sebagai sebuah kekuasaan yang “bukan” negara Sekuler dan bukan Negara Agama. Apalagi dengan “Penamaan” sebagai negara Islam atau Republik Islam.
Sebab segala kegiatannya berdasar pada “SUNNATULLAH DAN SUNNATURRASUL”, yaitu Hukum Evolusi dan Hukum Revolusi yaitu “Memanusiakan manusia sebagai Khalifah yang telah dipercaya Tuhan untuk mengaturnya”. Didalam kitab suci Al-Qur’an termasuk aturan permainannya, sekedar untuk mencapai “FID DUNYA HASANATAN WA FIL AKHITATI HASANATAN. WA KINA AZDABAN NAR”.

Hasnan Singodimayan

Pengarang “Suluk Mu’tazilah”

Sabtu, 28 Maret 2015

KITAB BACAAN DUNIA


       






            Belum pernah ada dan tidak mungkin ada, kitab bacaa seperti kitab suci Al-Qur’an. Nilai narasinya sangat agung, ajaib dan gaib, mengandung potensi alam sepanjang abad dan abadi, sebagai “Sejarah manusia dan kemanusiaan”, sejak alam dan mahluk diciptakan dan manusia disertakan sebagai khalifah, sebagai penanggung jawab.
            Al-Qur’an merupakan kitab bacaan yang harus dibaca sepanjang masa oleh manusia. Bisa diterjemahkan, ditafsirkan dan dita’qilkan, menurut perkembangan jamannya, tidak terbatas pada jaman kitab Al-Qur’an diturunkan dengan sejumlah “asbabul nuzul” sebagai “amsilah”.
            Sebab “Sang Penerima” ketika itu, merupakan “Sosok Uswatun Hasanah” yang berskala sangat luas tak terbatas oleh jamannya. Nama nama yang disebut di dalam Al-Qur’an, merupakan nama nama universal yang ada pada setiap masa, baik pribadinya maupun pikirannya, yang kemudian berkembang seperti dalam suurat Al Asri sebagai suatu “isme”.
            Oleh karena itu, Islam menganjurkan ummatnya untuk selalu membaca Kitab Suci Al-Qur’an, dalam pengertian yang sangat luas, sekalipun Cuma membaca sebuah “ayat”. Bukan membaca dalam pengertian sempit, hanya bersuara merdu dengan olah vokal yang menyimpang dari kaidah yang benar, dilagukan dan disulingkan tanpa kaidah tajwid.
            Kemudian pada sisi yang lebih “PARAH”, sebagian ummatnya telah “BERANI” menambah dengan menyisipkan dan menitipkan sebuah nama atas seseorang yang bernama HABIB AN NAJJAR dalam surat Yasin, ayat 20, tanpa kajian yang lebih mendalam dan menukik dari berbagai segi pandangan ilmu pengetahuan, seperti yang dikehendaki Imam Sayuti.
            Surat Yasin merupakan “Sejarah manusia dan kemanusian” bangsa Yunani di Maksidonia kuna yang melahirkan banyak ahli pikir yang setingkat dengan Nabi dalam menghadapi sejumlah penganut Pagan yang senang menciptakan DEWA DEWA, diantara sekian banyak “Kekuatan jasmani” yang dipercaya sebagai TUHAN.
            Oleh para ahli sesudahnya, disebut kepercayaan “Halenis” yang sarat dengan mitologi atau mitos mitos. ZEUS, dinilai sebagai “Dewa segala Dewa” yang bertempat tinggal di bukit OLIMPIUS bersama dengan 12 Dewa yang lain. Kekuatan jasmani merupakan persembahannya dalam bentuk lomba dan digambarkan secara realistis sangat indah, semacam gambar Dewa Aries, Dewa Amor, Dewa Apollo, Dewa Paseidon, Dewa Hades, Dewa Mars dan dewa dewa yang lain.
            Allah, tidak mengutus seorang Nabi untuk bangsa Yunani, tetapi mengirim sejumlah pemikir yang ladui, setingkat dengan para Nabi dan diakui oleh duia sebagai pemikir agung semacam Plato, Aristoteles, Socrates, Piytagoras, Cireas, Apitetas, Atheranus dan Iskandar Zdukkurnain yang sama kedudukannya dengan Nabi Khidir. Seseorang yang pernah berlari diatas kuda dari ujung kota Athena, untuk menyadarkan bangsanya, agar ereka percaya pada ketiga pemikir jenius itu yang menyerukan tentang Keesaan Tuhan dan dinilai oleh Al-Qur’an, sebagai Utusan yang Mursalun. Seorang diantaranya mati di racun oleh Raja.
            Mungkin itulah yang dimaksud dalam surat Yasin ayat 13 sampai dengan ayat 29, sebanyak 17 ayat, sebagai momentum yang telah diangkat oleh para Pemikir Muslim di jaman Daulat Abbasiah, antara lain oleh Abu Ayub bin Ishak Al-Kindi, Abu Nasr Al-Farabi, Abu Al-walid bin Ahmad bun Rusydi, Mahyudin Ibnu Al Aravi, setelah ribuan tahun kemudian.
            Sesudah peristiwa itu diangkat oleh pemikir muslim, makam sejumlah pemikir muslim yang lain, mengembangkan peristiwa itu jadi semacam legenda, tetapi masih terkait dengan Keesaan kepda Tuhan. Terutama tentang kepetualangan Iskandar Zdukqurnain “Kebarat dan ketimur”.
            Iskandar telah dituntut oleh para pendeta Pagan itu, memburu dewa yang masih “tertinggal dan tunggal” yaitu Dewa Ra atau Dewa Matahari ditempat bersemayamnya di “Air Kehidupan” atau Ma’ul hayat, disebelah barat dipuncak gununf ALF, tetapi Dewa Ra terus tenggelam ke arah kegelapan. Malah mereka sempat bertemu dengan sekelompok suku purba eropa yang masih primitif kanibalis, mereka belum bisa berbahasa, karena keterbatasan perbendaharaan kata kata.
     Rombongan Zdul Qurnain, merasa keliru arah perjalanannya “Bukan memburu Ra, tetapi menjemput Ra” ke arah sebaliknya, yaitu ke arah terbitnya matahri, ke arah timur. Sejauh perjalanan yang ditempuh dengan berkuda, bertahun tahun. Akhirnya mereka menemukan “Air Kehidupan” yang bernama sungai Gangga dan sunga Indus.
            Mereka telah bertemu dengan sejumlah suku bangsa yang telah maju peraabannya bisa melunakkan besi dan menjinakkan api. Mereka telah berpenghuni seperti bangsa Yunani, mendirikan bengunan untuk melakukan sesembahan kepada Yang Maha Tunggal yang berada didalam BUDHI, yang tak bisa dipikir tentang zatNYA. Sebenarnya suku bangsa tang telah maju itu merupakan satu bangsa dengan Zdulqurnain yang berasal dari Ras Kabil dan Habil di masa purba yang lalu.
            Iskandar yang memimpin kepetualangan pada dua arah “Kebarat dan ketimur”, kemudian diangkatnya sebagai Raja dengan julukan Maha Raja “Zdul Qurnain” yang berarti “Raja yang mempunyai dua tanduk”. Jadi bukan “Habib An Najjar” yang dipaksa keberadaan namanya pada tafsir Surat Yasin, ayat 20 oleh Kitab Tafsir Al-Jumatul Ali Bandung yang disebutnya “Seuntai mutiara yang maha luhur”. Sedang pada kitab tafsir yang lain sebelumnya, sejak tafsir Mahmud Yanus 1940 sanmpai dengan tafsir Al-Furqan 1962, nama Habib itu tidak dicantumkan.
            Cerita Habib An Najjar itu, merupakan cerita legenda yang berkadar dongeng yang tersebar secara luas dikalangan ummat Islam dengan versi yang berbeda dan tidak jelas keberadaannya dan jamannya. Malah isbah kisahnya di negara Malaysia. Jauh lebih berkembang dan menyimpang nama Habib menjadi Abagus Al-Asyabah wan Nadhaur, seorang tukang kayu yang berpenyakitan, hidup di kota Antioch dan meninggal di gunung Silipous. Apakah yang dimaksud kota kuna Antiokhia dan kota Seleukia diperbatasan antara Sisilia dan Fenisia di Kerajaan Het.
            Sebab legenda itu hampir sama dengan legenda Prabu Minakhingga di Kerajaan Blambangan di Indonesia dengan sejumlah nama yang berbeda, Ariya Wirabumi, Joko Umbaran dan masih banyak lagi yang bisa diciptakan. Ada dan tidak adanya, kurang jelas dan tidak didukung oleh data. Hanya sekedar ingin melecehkan kebesaran Blambangan oleh Mataram.
Hasnan Singodimayan
Pengarang “Sulluk Mu’tazilah”


Sabtu, 24 Januari 2015

DAS LIED DER ARABISCHEN

                Surat surat pendek dalam kitab suci Al-Qur’an yang biasa disebut Surat surat Mantra, mengandung makna yang naratif bagi yang membacanya. Banyak yang beranggapan, berada di Juz tiga puluh, tetapi ada juga yang beranggapan pada bagian bagian tertentu yang diawali dengan kata perintah “qul” yang bermakna “katakan” atau “ucapkan”.
                Ketika turunnya wahyu dengan kata perintah “qul” itu pada mulanya ditujukan kepada Rasulullah, untuk disampaikan kepada ummat manusia sejagad. Tetapi ketika dibaca oleh ummatnya secara naratif, adalah bagi ummatnya yang secara langsung untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.
                Tetapi tidak setiap peribadi ummatnya yang mampu memasuki nilai naratifnya itu. Sebab merupakan suatu bentuk narasi yang sangat lengkap dan sempurna. Hanya Rasulullah yang mampu secara intuitif bisa memaknai kandungannya dan sejumlah kecil dan terbatas untuk orang orang yang berpengetahuan “Landuni”.
                Sebab narasinya berbicara tentang masa lalu, masa kini, masa depan dan masa yang akan datang sesudahnya. Berbeda waktu, berbeda tempat dan berbeda keadaan. Belum lagi materi penyampaiannya. Ada yang tertulis dalam bahasa Arab dan ada juga yang disampaikan secara “mastur dan marqum”.

                Untuk itu dituntut untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat luas dan pengetahuan bahasa Arab yang mendalam, disamping pengetahuan bahasa lain sebagai pendukung utamanya. Pengertian Ulama yang salah kaprah, harus sudah dibuang jauh jauh dari perbendaraan Agama dan digantikan oleh Ulil Albab.
                Narsisme Arab, harus dikikis habis habisan, sebab nilai ritusnya sama dengan Nazisme. Arab Uber Alles, Arab above all. Kecuali Nabi dan Keluarganya serta para sahabat sahabatnya yang “selamat” dari gaya DAS LIED DER ARABISCHEN, sebab ummat Islam telah dpersenjatai oleh Nabi dengan ucapan “Yu’la, wa la Ya’lu alaihi” (Berada diatas dan tidak ada lagi diatasnya).
                Bahasa Arab, adalah bahasa yang Maha tinggi nilai sastranya. Sehingga Tuhan menggunakan bahasa Arab untuk Kitab Sucinya yang terakhir. Sebab menurut penilaian Tuhan disejumlah ayat ayatnya di Al-Qur’an “Jika kitab suci itu menggunakan bahasa selain bahasa Arab”. Dikawatirkan ummatnya besok, bakal menyembah “Perlambang” kata katanya atau bakal menyembah “Perlambang” huruf hurufnya yang dinilai mengandung mantra kekuatan. (Kenyataan dilapangan dimana saja sudah terbukti yang dikawatirkan Tuhan itu).
                Berhubungan bahasa Arab itu, nilai sastranya Maha Tinggi, maka maknanya dalam bahasa lain, diperlukan kajian yang sangat mendalam, agar penafsirannya tidak menyimpang dari maknanya, sehingga bisa di ta’wilkan menurut perkembangan jaman. Maka kitab suci Al-Qur’an tetap actual sepanjang masa seperti yang dijanjikan Tuhan.
                Contoh yang sederhana terdapat pada surat Al-Lahab, sebab yang dimaksud dan yang namanya “Abu Lahab”, bukan Cuma nama pribadi seorang tokoh Quraisy yang dikutuk Tuhan di jaman Nabi, tetapi tokoh “Keserakahan” di sepanjang masa ada dan berada dimana mana, yaitu “Kapitalisme”.
                Bapak Keserakahan (Das Kapital)
                Dengan Nama Allah yang Pengasih dan Penyayang
1.       Binasalah kedua tangan bapak Keserakahan dan pasti dibinasakan.
2.       Percuma saja kekayaan dan harta benda yang mereka kumpulkan menjadi modal.
3.       Sebab nantinya akan melahirkan api kesengsaraan bagi umat.
4.       Para perempuan perempuan mereka, ikut menambah kesengsaraan itu dengan menimbun harta kekayaannya itu dengan sangat serakah di Bank Bank.
5.       Sehingga berakibat leher mereka terjerat erat dengan keserakahannya itu sendiri di pasar bursa.
Maha benar apa yang disabdakan Tuhan.
                Dan masih banyak lagi sejumlah surat surat, terutama surat mantra dan pendek di Juz Tigapuluh yang interprestasinya jelas nyatam untuk segala masa dan dimasa apa saja asal ummatnya memahami sumpah Tuhan tentang “masa”.
                PEPERANGAN yang terjadi pada abad ini, merupakan gambaran yang jelas, pada Surat AL_ADIYAT (Kendaraan perang)
                Dengan nama Allah yang Pengasih dan Penyayang
1.       Demi kendaraan perang yang melaju sangat cepat seperti kilat di tengah medan terbuka
2.       Dengan memuntahan peluru kematian, berupa kilatan api panas pada sasarannya
3.       Berupa serangan kilat di pagi buta
4.       Menerbangkan gumpalan debu yang naik ke angkasa
5.       Menyerang tepat di pusat sasaran
6.       Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar kepada Tuhan
7.       Sesungguhnya manusia itu sendiri telah mengakui keingkarannya sebagai IMPERIALIS
8.       Sebagai tanda tandanya, mereka sangat pelit dengan pemilikannya, dan sangat mencintai pada kekayaannya.
9.       Apaah mereka tidak sadar tentang dirinya yang bakal dibangkitkan dari kuburnya?
10.   Sambil melampiaskan rasa penyesalannya yang ada didalam dadanya
11.   Sesungguhnya Tuhan pada hari dan ketika itu, telah mengetahui apa yang telah terjadi
(Di Indonesia, di Vietnam, di Koream di Kamboja, di Afgan, di Amerika latin, di Magribi Afrika, di Iran, di Irak, di Libia dan entah dimana lagi besuk).
Kitab suci Al Qur’an yang diturunkan Tuhan kepada manusia dalam bahasa Arab dan yang nilai setiap hurufnya punya arti. Merupakan Kitab suci yang mampu menyelesaikan masalah alam, sejak alam itu sendiri diciptakan sampai besuk di akhir zaman, ketika alam dimusnahkan oleh Penguasanya. ALLAHU RABBIL ALAMIN.

Hasnan Singodimayan

Pengarang “Suluk Mu’tazilah”

Selasa, 13 Januari 2015

NARSISME ARAB



                Narsisme telah menyimpang dari Sunnatullah dan Sunnaturrasul, sebab pengertian bangsa Ajam atau Ajumain, tidak sama dengan istilah “ista’difu” dan bangsa Arab sebagai “Istakbiru”, suatu istilah yang pernah berlaku di Negara Saba’. Kalau pengertian itu direnungkan secara lebih mendalam, insya Allah para penulis Arab, bakal tidak terjebak pada wawasan sempit yang hanya berkutat di sekitar pantat, melahirkan narsisme Arab.
Bangsa Arab secara nasional dan pengertian agama atau dien, masih “belum mengakui kebenaran” surat Saba’ dan Surat At-Thur, adalah tentang kebesaran dan kehebatan Wangsa Nuswantara di Indonesia dijaman purba. Wangsa Arab masih “tidak mengakui kebenaran” surat Al-Balad yang ditujukan pada bangsa di Timur tengah masa sekarang, yang wilayahnya telah diguyur oleh berkah “Al-Ustawani” berupa cairan yang dimuntahkan dari perut bumi yang nilainya sama dengan EMAS DAN PERAK.
“Dunia siap berperang untuk memperolehnya. Arab siap melepaskan tali persaudaraan sesame Arab. Negara Negara Ajamain, siap memotong motong kekuasaannya, demi al-ustawani yang minyak bumi itu. (Hadiat Riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Maka surat Al-Balad, merupakan peringatan dini dari Allah, untuk bangsa Arab di Timur tengah dan Magribi sekarang dan yang akan datang.
AL BALAD (Negara Timur Tengah)
Dengan nama Allah yang Pengasih lagi penyayang
1.       Apakah aku tidak boleh bersumpah pada Negaa Timur Tengah (sekarang)?
2.       Dan engkau Muhammad, bagian yang tak terpisah dan sah sebagai ETNISNYA.
3.       Sejak nenek moyangmu dahulu sampai dengan keturunannya sekarang yang tersebar di jazirah Arab (dan Magribi).
4.       Sesungguhnya Aku mencipta manusia itu untuk berjuang.
5.       Apakah manusia tidak pernah menyangka, bahwa ada takdir lain yang bakal berkuasa? (dalam wujud minyak)
6.       Mereka kemudian berkata “Kami telah memberikan hasil minyak itu sebanyak banyaknya”.
7.       Apakah mereka tidak pernah sadar? Jika ada yang melihatnya?
8.       Bukankah Tuhan telah memberikan dua mata untuk melihat?
9.       Dan sebuah lidah untuk berbicara dengan dua bibir?
10.   Dan Tuhan telah menunjukkan dua jalan perjuangan (berat dan mudah)
11.   Apakah tidak sebaiknya, mereka memilih perjuangan yang berat
12.   Tahukah engkau? Apakah perjuangan yang berat itu?
13.   Yaitu membebaskan diri, dari penjajahan dan dominasi bangsa lain.
14.   Dengan memberikan sejumlah makanan kepada bangsa yang masih kekurangan
15.   Yaitu bangsa yang masih dekat kekeluargaannya dan kepercayaannya dengan kamu
16.   Atau kepada bangsa yang masih terbelakang ilmu pengetahuannya.
17.   Sebab mereka masih sekeyakinan dengan kamu dan masih mau berpesan tentang kebenaran dengan pesan kesabaran, untuk saling mendukung dengan kasih sayang (solidaritas).
18.   Sesungguhnya mereka itu dari golongan yang bakal dimenangkan
19.   Sedang mereka yang tidak mau melihat tanda tanda kekuasaan Tuhan berupa berkah minyak. Mereka itu golongan yang bakal dihancurkan.
20.   Sebab mereka sudah berada pada siksa yang tertutup oleh api keserakahan.
Maha benar sabda yang diturunkan Tuhan untuk para narsisme.

HASNAN SINGODIMAYAN

Pengarang “Suluk Mu’tazilah”