Hasnan Singodimayan
Ketika Mu’amar Khadaffi merebut
kekuasaan dari Raja Idris dimlibia dan menyarakan negaranya sebagai “REPUBLIK
RAKYAT”, dunia internasional sempat terkejut dengan pernyatan itu. Bukan terkejut
akibat “kudeta”, tetapi terkejut dengan penamaan negara itu sebagai “Rephublik
Rakyat” bukan “Republik Islam” seperti pada umumnya do negara-negara yang
warganya mayoritas muslm. Sebab negara Libia sudah menyatakan dirinya 97%
muslim, 50% lebih penganut paham Imam Sanusi, sisanya berpaham Sunni dan
Wahabi.
Sejumlah tokoh dan Ulama sempat
mendatangi Kolonel Mu’anar Khadaffi dan mempertanyakan “penamaan” itu. Mengapa tidak
secara langsung menamakan negaranya “Republik Islam Libia”. Muamar bersama
sebuah agama. Jangan diturunkan derajatnya untuk nama institusi, nama sebuah
negara”.
Jawaban itu mebuat mereka yang
bertanya, berpikir, bukan membantah. Sebab sembilan orang perwira yang berperan
merebut kekuasaan dari Raja Idris itu, memberikan jawaban tambahan “Bahwa
syariat Islam, akan diberlakukan di Republik Rakyat Libia.”
Mereka bakal membebaskan warga
Libia yang muslim dari pungutan PAJAK, sebab yang dikenaka pajak berdasar
syariat agama Islam, hanya warga negara Libia yang Non Muslim yang jumlahnya Cuma
3% dan nilai pajaknya hanya 1%. Sedang warga negara Libia yang muslim yang
dibebaskan dari pajak itu, hanya dikenakan wajib ZAKAT 2,5% berdasar syariat
yang berlaku.
Suatu keputusan yang membuat
rakyat Libia “bergetar”. Mereka yang keberatan untuk membayar “zakat”, diberi
kebebasan untuk membayar pajak yang Cuma 1% itu, tetapi dengan kerentuan bahwa
status mereka bukan lagi muslim. Tentu saja mereka sangat keberatan. Berganti agama
bukan seperti membalik tangan.
Dalam pemerintahan Republik
Rakyat Libia, tidak ada yang namanya Menteri Agama yang mengurusi agama, justru
yang ada Cuma Menteri Urusan Zakat yang merangkap sebagai Menteri Kordinasi
pada Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Urusan Pangan dan
ternak. Sekedar untuk menata urusan zakat pada sasarannya.
Dari hasil pendapatan zakat dan
pendapatan hasil minyak, republik Rakyat Libia, dalam waktu yang sangat
singkat, bisa membuat “SUNGAI”, sepanjang 3000 km dari sumber air Maezan sampai
ke teluk “sidra”. Mu’amar Khadaffi, tidak terlalu banyak meminta untuk proyek
raksasa itu. Dikanan kiri sungai cukup digarap lahan pertanian “Ratusan hektar”
bukan “Ribuan hektar”, sekedar menunjang “Swa sembada pangan” kata Bung Karno. Sebab
ketika sungai 3000 km itu, diusulkan pada UNESCO untuk diakui sebagai keajaiban
dunia, telah ditolak mentah mentah oleh PBB.
Sungai yang telah dibuat selama 9
tahun sebagai proyek raksasa, telah dikerjakan oleh ahlinya dari Soviet, sebab
ahli dari Eropa dan Amerika Serikat, merasa keberatan untuk membantu REPUBLIK
Rakyat Libia. Maka jatuh pilihannya pada para ahli dari Soviet yang pernah
memotong sebuah sungai di negaranya ke danau Kaspia.
Tetapi negara SOVIET YANG “Komunis”
itu, bukan negara bodoh. Sebab 150 tenaga ahlinya, beberapa puluh diantaranya
adalah kader partai. Partai Komunis Soviet yang dikenal dengan singkatan CCCP
yang bertugas “mengkomuniskan” pekerja Libia dan Afrika menjadi kader komunis
di negara yang baru itu. HASILNYA SANGAT MENGAGUMKAN.
Proyek raksasa “pembuatan sungau”
itu, telah diselesaikan menurut rencana dalam waktu 9 tahun, bagian dari
Rencana Pembangunan Republik itu dengan sejumlah pembangunan bendungan dan
jembatan. Tetapi kader partai komunis Soviet yag akan mengkomuniskan pekerja
Libia, telah mengalami kegagalan fatal. Sebab para pekerja Libia itu “lebih
komunis dari pada komunis”. Sebab lagu lagu yang dinyanyikan pada setiap kerja,
berbunyi sangat komunis.
“Kita gali rezeki Tuhan bersama
sama, untuk kita nikmati bersama sama” sambil berseru “Allahu Akbar, Allahu
Akbar, Allahu Akbar”.
Republik Rakyat Libia terus
membangun tanpa kenal lelah. Syariat yang bersifat privat atau pribadi, seperti
baca syahadat sebagai pengakuan, shalat dan puasa, dilakukan melalui tekanan
moral, lewat para penjabat pemerintah dan anggota Dewan Revolusi untuk menjadi
imam dan Kahtib diwilayah kekuasaannya.
Syariat kelima menuaikan rukun
haji ke Mekkah, dopercayakan pada Menteri Luar Negeri secara Cuma Cuma, pada
sejumlah kader bangsa yang militan, berpengetahuan sangat luas, sehingga mampu
mengangkat nama bangsa dan negara Libia sebagai duta luar biasa, bisa bertemu
dengan sejumlah bangsa bangsa sedunia.
Pemerintah yang paling tidak
disukai Republik Rakyat Libia, selain Zionis dan Amerika Serikat, adalah rezim
SAUDI di Jairah Arabia. Kolonel Mu’amar Khadaffi pernah membuat pernyataan
tentang pelaksanaan haji yang disebut 8 pokok pikiran Mu’amar, sehingga
menggoncang dunia Islam.
Pertama, rezim Saudi di Jazirah
Arab itu, bukan penguasa muslim yang menjaga kesucian kota Haramaian. Kedua,
islam telah dihina secara semena mena oleh zionist Aramce pada kehidupan
nasionalisme bangsa Arab. Ketiga, pelaksanaan haji, bersifat tradisional yang
menyimpang dari ajaran Islam. Keempat utntuk mengembalikan ajaran Islam yang
sebenarnya, dunia Islam harus melawan kekuasaan itu, baik dari luar maupun dari
dala. Kelima, sebab jika rezim Saudi masih menguasai Jazirah itu, maka
pelaksanaan haji, tidak memberikan berkah sebagai haji Mabrur. Keenam, kota
Haramain, harus berada ditangan muslim sedunia. Ketujuh ibadah haji dimasa yang
akan datang, harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
Kedelapan sebab menurut hadist,
perkara kekayaan minyak. Penguasa dunia terbagi menjadi tida kekuatan. Berperang
untuk menguasainya, memutus hubungan diplomatik dengan memusuhi dan membagi
kekuasaan pada yang lebih kuasa. Sebab nilai minyak sama dengan emas dan perak.
Maka Zionis Aramce sangat membutuhkan minyak itu.
Karena kekuatan itu, Republik
Rakyat Libia, dimusuhi dunia, sebab pahamnya yang sosialisme Tauhid, kurang
dimengerti oleh dunia. Dan dunia sudah apriori tidak mau membaca “Kitabul
Akhdar”, tidak mau membaca “Kitab Hijau”, tidak mau membaca pikiran pikiran Mu’amar
Khadaffi. Apa lagi sikap pribadi Mu’amar Khadaffi, sangat kontroversi melawan
protokoler.
Hanya Republik Rakyat Libia, satu
satunya negara di dunia yang tidak punya lagu kebangsaan dan tidak punya
bendera, hanya secara protokoler berbendera warna hijau. Dinaikkan diatas
tiang, cukup dengan mengucap “Basmalah”. Suatu yang sangat “Hharib”, suatu yang
aneh untuk jaman sekarang. Dimusuhi dunia, termasuk dunia Isla,. Bernasib seperti
sahabat Nabi, Abu Zdar Al Gifari yang beraroma sorga menurut Rasululla. Ketika Rasulullah
meninggal. Abu Zdar Al Giffari disingkirkan oleh para sahabat.
Suatu tindakan dan keputusan Mu’amar
Khadaffi yang didukung oleh rakyat secara penuh adalah pembubaran Institusi
Kepolisian menjadi “polisi Rakyat”. Rakyatlah yang bertindak sebagai Polisi
untuk menjaga dirinya sendiri untuk tidak melanggar hukum dengan tidak berbuat
laku kriminal.
Tindak kontroversi yang lain dari
Mu’amar Khadaffi, pengawal pribadinya terdiri para perwira perempuan yang seksi
dan atlet sehingga menimbulkan banyak fitnah untuk dirinya, para perwira
perempuan itu, sering berbicara dengan orang luar, tentang kedekatan dirinya
dengan Kolonel, sehingga dijadikan isu negatif oleh media barat. Berbagai cara
dan laga, mereka ingin menjatuhkan Khadaffi, tetapi yang bakal dijatuhkan
seperti batu karang yang tak tergoyahkan.
Sebelum kudeta 1 September 1969,
para perwira Revolusi itu, pernah memperdebatkan kemampuan kota Tripoli denga
kota Bangkhasi dalam mendukung revolusi dari segala aspeknya, yang terpilih
kota angkhazi. Sebab Bangkhazi adalah sebuah kota yang sangat terkesan dan
subur, jika dibandingjan dengan kota Tripoli yang kering kerontang.
Bangkhazi dengan airnya yang
berlimpah, memberikan kesuburan bagi kota itu yang tidak mungkin diketemukan di
Tripoli. Populasi warganya merupakan potensi yang diperhitungkan oleh para
perwira Revolusi itu. Di Bangkhazi terdapat tiga aliran Mazhab yang seimbang
yaitu Sanusi, Sunni dan Salafi. Berbagai suku yang ada di Libia, terdapat di
kota Bangkhazi bersama dengan bangsa Misri da sedikit bangsa Italia.
Dalam perhitungan kekuatan
Angkatan bersenjata di Bangkhazi hanya ada pasukan elit Pengawal Raja yang
disebut Cyrenacian Force. Di kota Trip Oli ada sepasukan polisi yang dinamakan
Tripolotania Police Force, semacam polisi rahasia yang tidak dirahasiakan,
bersikap sangat keras dan kasar pada warga. Dibenci dan tidak disukai.
Ketika Konspirasi Israil tujuh
puluh tahunan, diperlakukan skenarionya di Afrika Utara yan dimulai dari Tunis,
Maroko, Mesir dan Aljazair. Di Libia dijebol lewat Bangkhazi. Ternyata Bangkhazi
merupakan titik lemah untuk mengancurkan Libia.
“Bhineka Tunggal Ekanya Libia”
meruapakan tembok rapuh untuk dirobohkan. Orang orang Sanusi banyak berada di
Menara gading Perguruan Tinggi, sebagai Dosen, Mahaguru dan Mahasiswa. Orang orang
Sunni yang terbagi empat itu, Syafie, Hambali, Miliki dan Hanafi merupakan duri
persatuan sedang orang orang Wahabi atau Salagfi merupakan kelompok ngambang
yang tak punya pendirian politik. Tiga suku yang populasinya cukup beragam di
kota Bangkhazi, satu sama lain saling curiga mencurigai, suku Fezzan, Cyrenian
dan Trippolian.
Sisi lain yang menjadi kelemahan
Mu’amar Khadffi, sembilan orang perwira Revolusioner itu, ketika ada yang
meninggal seperti Muhammad Al Migarib dan Abdusalam Jalud atau yang mundur
karena udzur, seperti Abdul Mun’in all Huna, Mussatafa Al-Gambi, Umar al
Muhlis. Kwedi la Hamid, Muhtat Al-Kurwi dan Abu Bakar Al Ganis, tidak
secepatnya menggantikan dengan sejumlah perwira muda seperti Miftah Ali dan
Mahmud Magarib. Malah Mu’amat disibukkan oleh anak anaknya yang berbut ingin
berkuasa menggantikan bapaknya. Baik Syofiah Fargas, maupun Syaiful Islam, baik
As Sa’adi muda militer dan seorang yang gemar sepak bola.
Syofiah Fargas, tidak sehebat
Banazir Bhuta, tetapi berambisi untuk tampil seperti putri Zdulfiqar Ali Bhuta
itu. Ketika Republik rakyat Libia digempur oleh royalis Raja dan antek antek
Amerika Serikat di Timur tengah. Tak seorangpun anak anaknya yang menjadi
mujahidin. Kabur entah kemana.
Sekarang epublik Rakyat Libia
mensisakan kemeranaan moral, berupa penyesalan yang tidak pernah terlupakan
oleh rakyat, ketika fasilitas yang diberikan Republik untuk mereka. Penguasa yang
baru yang berneka NATO itu, terlihat masih ragu bertindak, seperti menanti
petunjuk Zionis Aramco atau menanti konspirasi tujuh puluhan yang kedua di Asia
Tenggara. Mereka membantai penganut sosialisme Tauhid.
Kitab Hijau berisi cara
berpikirnya kelompok Mu’tazilah yaitu “Manzila baina Manzilaini”, memilih satu
pilihan diantara dua pilihan tetapi diartikan oleh pikiran berat “Teori
Internasional Ketiga” berisi tentang masalah demokrasi. Setiap bangsa di dunia
harus nberagama, sebab bangsa dan agama merupakan penggerak sejarah manusia dan
kemanusiaan, jangan ada dominasi diantara keduanya.
Tujuh tahun kemudian Kitab Hijau volume
kedua diterbitkan, isinya sarat dengan kajian “Sosialisme Tauhid” yang kurang
dimengerti oleh masyarakat dunia, sebab pengertian tentang “Negara Rakyat” dan
Negara Massa” dengan adanya “Dewan Revolusi” pada setiap wilayah administratif,
merupakan hal yang baru. Apalagi tanpa menyertakan para Mutfi, Marabit dan para
Syeh sebagai anggota dewan.
Sedang Sawayah yang semacam
pondok pesantren di Indonesia, kurang memperoleh perhatian dari Dewan Revolusi,
dianggapnya merintangi kemajuan. Para Mutfinya yang pernah royal pada Raja
Idris, banyak yang dihukum mati oleh Dewan Revolusi, apalagi mereka mengaku
punya jalur lurus dengan Imam Sanusi. Sebab yang punya jalur lurus dengan Imam
Sanusi, Cuma Omar Mukhtar. Pahlawan Libia yang sama dengan Pangeran Diponegoro
di Indoenesia.
Selain Kitab Hijau, Mu’amar
Khadaffi menerbitkan koran harian untuk menunjang pemikirannya dalam Kitab
Hijau, bernama “Al Fajrul Jadid” yang berarti “Fajar Pembaruan”. Mu’amar
Khadaffi menilai pemahaman para Mazhab di Libia menyimpang dari Islam. Penganut
Imam Sanusi, dinilai Reformist, ingin memperbarui agama yang sudah baru. Penganut
Empat Mazhab, Syafie, Mailiki, Hanafi dan Hambali, dinilai Revisionist, ingin
menyempurnakan agama yang sudah sempurna. Kelompok Wahabi atau Salafi dinilai
Stagnatist, tidak maju dan tidak mundur. Memberhalakan syariat sebagai suatu
yang finish yang sudah final.
Oleh Kitab Hijau, dituntut peninjauan
kembali dalam suatu Revolusi yang meluruskan agama Islam seperti yang tertera
dalam kitab suci Al-Qur’an dengan membersihkan Islam dari praktek praktek
jahiiyah yang terbungkus dalam pakaian Mutfi dan gaya Itali. Revolusi Islam
dalam Jamhara Libia, adalah Sosialisme Tauhid.
Sosialisme Tauhid memang sangat
sulit untuk bisa dimengerti oleh dunia Islam, hanya sebagian kecil dari Ummat
Islam yang berpaham Mu’tazilah yang mampu menjabarkan Sosialisme Tauhid itu
sebagai sebuah kekuasaan yang “bukan” negara Sekuler dan bukan Negara Agama. Apalagi
dengan “Penamaan” sebagai negara Islam atau Republik Islam.
Sebab segala kegiatannya berdasar
pada “SUNNATULLAH DAN SUNNATURRASUL”, yaitu Hukum Evolusi dan Hukum Revolusi
yaitu “Memanusiakan manusia sebagai Khalifah yang telah dipercaya Tuhan untuk
mengaturnya”. Didalam kitab suci Al-Qur’an termasuk aturan permainannya,
sekedar untuk mencapai “FID DUNYA HASANATAN WA FIL AKHITATI HASANATAN. WA KINA
AZDABAN NAR”.
Hasnan Singodimayan
Pengarang “Suluk Mu’tazilah”