Cari Entri lain

Kamis, 11 Juni 2015

KITAB HIJAU

Hasnan Singodimayan

Ketika Mu’amar Khadaffi merebut kekuasaan dari Raja Idris dimlibia dan menyarakan negaranya sebagai “REPUBLIK RAKYAT”, dunia internasional sempat terkejut dengan pernyatan itu. Bukan terkejut akibat “kudeta”, tetapi terkejut dengan penamaan negara itu sebagai “Rephublik Rakyat” bukan “Republik Islam” seperti pada umumnya do negara-negara yang warganya mayoritas muslm. Sebab negara Libia sudah menyatakan dirinya 97% muslim, 50% lebih penganut paham Imam Sanusi, sisanya berpaham Sunni dan Wahabi.
Sejumlah tokoh dan Ulama sempat mendatangi Kolonel Mu’anar Khadaffi dan mempertanyakan “penamaan” itu. Mengapa tidak secara langsung menamakan negaranya “Republik Islam Libia”. Muamar bersama sebuah agama. Jangan diturunkan derajatnya untuk nama institusi, nama sebuah negara”.
Jawaban itu mebuat mereka yang bertanya, berpikir, bukan membantah. Sebab sembilan orang perwira yang berperan merebut kekuasaan dari Raja Idris itu, memberikan jawaban tambahan “Bahwa syariat Islam, akan diberlakukan di Republik Rakyat Libia.”
Mereka bakal membebaskan warga Libia yang muslim dari pungutan PAJAK, sebab yang dikenaka pajak berdasar syariat agama Islam, hanya warga negara Libia yang Non Muslim yang jumlahnya Cuma 3% dan nilai pajaknya hanya 1%. Sedang warga negara Libia yang muslim yang dibebaskan dari pajak itu, hanya dikenakan wajib ZAKAT 2,5% berdasar syariat yang berlaku.
Suatu keputusan yang membuat rakyat Libia “bergetar”. Mereka yang keberatan untuk membayar “zakat”, diberi kebebasan untuk membayar pajak yang Cuma 1% itu, tetapi dengan kerentuan bahwa status mereka bukan lagi muslim. Tentu saja mereka sangat keberatan. Berganti agama bukan seperti membalik tangan.
Dalam pemerintahan Republik Rakyat Libia, tidak ada yang namanya Menteri Agama yang mengurusi agama, justru yang ada Cuma Menteri Urusan Zakat yang merangkap sebagai Menteri Kordinasi pada Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Urusan Pangan dan ternak. Sekedar untuk menata urusan zakat pada sasarannya.
Dari hasil pendapatan zakat dan pendapatan hasil minyak, republik Rakyat Libia, dalam waktu yang sangat singkat, bisa membuat “SUNGAI”, sepanjang 3000 km dari sumber air Maezan sampai ke teluk “sidra”. Mu’amar Khadaffi, tidak terlalu banyak meminta untuk proyek raksasa itu. Dikanan kiri sungai cukup digarap lahan pertanian “Ratusan hektar” bukan “Ribuan hektar”, sekedar menunjang “Swa sembada pangan” kata Bung Karno. Sebab ketika sungai 3000 km itu, diusulkan pada UNESCO untuk diakui sebagai keajaiban dunia, telah ditolak mentah mentah oleh PBB.
Sungai yang telah dibuat selama 9 tahun sebagai proyek raksasa, telah dikerjakan oleh ahlinya dari Soviet, sebab ahli dari Eropa dan Amerika Serikat, merasa keberatan untuk membantu REPUBLIK Rakyat Libia. Maka jatuh pilihannya pada para ahli dari Soviet yang pernah memotong sebuah sungai di negaranya ke danau Kaspia.
Tetapi negara SOVIET YANG “Komunis” itu, bukan negara bodoh. Sebab 150 tenaga ahlinya, beberapa puluh diantaranya adalah kader partai. Partai Komunis Soviet yang dikenal dengan singkatan CCCP yang bertugas “mengkomuniskan” pekerja Libia dan Afrika menjadi kader komunis di negara yang baru itu. HASILNYA SANGAT MENGAGUMKAN.
Proyek raksasa “pembuatan sungau” itu, telah diselesaikan menurut rencana dalam waktu 9 tahun, bagian dari Rencana Pembangunan Republik itu dengan sejumlah pembangunan bendungan dan jembatan. Tetapi kader partai komunis Soviet yag akan mengkomuniskan pekerja Libia, telah mengalami kegagalan fatal. Sebab para pekerja Libia itu “lebih komunis dari pada komunis”. Sebab lagu lagu yang dinyanyikan pada setiap kerja, berbunyi sangat komunis.
“Kita gali rezeki Tuhan bersama sama, untuk kita nikmati bersama sama” sambil berseru “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar”.
Republik Rakyat Libia terus membangun tanpa kenal lelah. Syariat yang bersifat privat atau pribadi, seperti baca syahadat sebagai pengakuan, shalat dan puasa, dilakukan melalui tekanan moral, lewat para penjabat pemerintah dan anggota Dewan Revolusi untuk menjadi imam dan Kahtib diwilayah kekuasaannya.
Syariat kelima menuaikan rukun haji ke Mekkah, dopercayakan pada Menteri Luar Negeri secara Cuma Cuma, pada sejumlah kader bangsa yang militan, berpengetahuan sangat luas, sehingga mampu mengangkat nama bangsa dan negara Libia sebagai duta luar biasa, bisa bertemu dengan sejumlah bangsa bangsa sedunia.
Pemerintah yang paling tidak disukai Republik Rakyat Libia, selain Zionis dan Amerika Serikat, adalah rezim SAUDI di Jairah Arabia. Kolonel Mu’amar Khadaffi pernah membuat pernyataan tentang pelaksanaan haji yang disebut 8 pokok pikiran Mu’amar, sehingga menggoncang dunia Islam.
Pertama, rezim Saudi di Jazirah Arab itu, bukan penguasa muslim yang menjaga kesucian kota Haramaian. Kedua, islam telah dihina secara semena mena oleh zionist Aramce pada kehidupan nasionalisme bangsa Arab. Ketiga, pelaksanaan haji, bersifat tradisional yang menyimpang dari ajaran Islam. Keempat utntuk mengembalikan ajaran Islam yang sebenarnya, dunia Islam harus melawan kekuasaan itu, baik dari luar maupun dari dala. Kelima, sebab jika rezim Saudi masih menguasai Jazirah itu, maka pelaksanaan haji, tidak memberikan berkah sebagai haji Mabrur. Keenam, kota Haramain, harus berada ditangan muslim sedunia. Ketujuh ibadah haji dimasa yang akan datang, harus sesuai dengan petunjuk Rasulullah.
Kedelapan sebab menurut hadist, perkara kekayaan minyak. Penguasa dunia terbagi menjadi tida kekuatan. Berperang untuk menguasainya, memutus hubungan diplomatik dengan memusuhi dan membagi kekuasaan pada yang lebih kuasa. Sebab nilai minyak sama dengan emas dan perak. Maka Zionis Aramce sangat membutuhkan minyak itu.
Karena kekuatan itu, Republik Rakyat Libia, dimusuhi dunia, sebab pahamnya yang sosialisme Tauhid, kurang dimengerti oleh dunia. Dan dunia sudah apriori tidak mau membaca “Kitabul Akhdar”, tidak mau membaca “Kitab Hijau”, tidak mau membaca pikiran pikiran Mu’amar Khadaffi. Apa lagi sikap pribadi Mu’amar Khadaffi, sangat kontroversi melawan protokoler.
Hanya Republik Rakyat Libia, satu satunya negara di dunia yang tidak punya lagu kebangsaan dan tidak punya bendera, hanya secara protokoler berbendera warna hijau. Dinaikkan diatas tiang, cukup dengan mengucap “Basmalah”. Suatu yang sangat “Hharib”, suatu yang aneh untuk jaman sekarang. Dimusuhi dunia, termasuk dunia Isla,. Bernasib seperti sahabat Nabi, Abu Zdar Al Gifari yang beraroma sorga menurut Rasululla. Ketika Rasulullah meninggal. Abu Zdar Al Giffari disingkirkan oleh para sahabat.
Suatu tindakan dan keputusan Mu’amar Khadaffi yang didukung oleh rakyat secara penuh adalah pembubaran Institusi Kepolisian menjadi “polisi Rakyat”. Rakyatlah yang bertindak sebagai Polisi untuk menjaga dirinya sendiri untuk tidak melanggar hukum dengan tidak berbuat laku kriminal.
Tindak kontroversi yang lain dari Mu’amar Khadaffi, pengawal pribadinya terdiri para perwira perempuan yang seksi dan atlet sehingga menimbulkan banyak fitnah untuk dirinya, para perwira perempuan itu, sering berbicara dengan orang luar, tentang kedekatan dirinya dengan Kolonel, sehingga dijadikan isu negatif oleh media barat. Berbagai cara dan laga, mereka ingin menjatuhkan Khadaffi, tetapi yang bakal dijatuhkan seperti batu karang yang tak tergoyahkan.
Sebelum kudeta 1 September 1969, para perwira Revolusi itu, pernah memperdebatkan kemampuan kota Tripoli denga kota Bangkhasi dalam mendukung revolusi dari segala aspeknya, yang terpilih kota angkhazi. Sebab Bangkhazi adalah sebuah kota yang sangat terkesan dan subur, jika dibandingjan dengan kota Tripoli yang kering kerontang.
Bangkhazi dengan airnya yang berlimpah, memberikan kesuburan bagi kota itu yang tidak mungkin diketemukan di Tripoli. Populasi warganya merupakan potensi yang diperhitungkan oleh para perwira Revolusi itu. Di Bangkhazi terdapat tiga aliran Mazhab yang seimbang yaitu Sanusi, Sunni dan Salafi. Berbagai suku yang ada di Libia, terdapat di kota Bangkhazi bersama dengan bangsa Misri da sedikit bangsa Italia.
Dalam perhitungan kekuatan Angkatan bersenjata di Bangkhazi hanya ada pasukan elit Pengawal Raja yang disebut Cyrenacian Force. Di kota Trip Oli ada sepasukan polisi yang dinamakan Tripolotania Police Force, semacam polisi rahasia yang tidak dirahasiakan, bersikap sangat keras dan kasar pada warga. Dibenci dan tidak disukai.
Ketika Konspirasi Israil tujuh puluh tahunan, diperlakukan skenarionya di Afrika Utara yan dimulai dari Tunis, Maroko, Mesir dan Aljazair. Di Libia dijebol lewat Bangkhazi. Ternyata Bangkhazi merupakan titik lemah untuk mengancurkan Libia.
“Bhineka Tunggal Ekanya Libia” meruapakan tembok rapuh untuk dirobohkan. Orang orang Sanusi banyak berada di Menara gading Perguruan Tinggi, sebagai Dosen, Mahaguru dan Mahasiswa. Orang orang Sunni yang terbagi empat itu, Syafie, Hambali, Miliki dan Hanafi merupakan duri persatuan sedang orang orang Wahabi atau Salagfi merupakan kelompok ngambang yang tak punya pendirian politik. Tiga suku yang populasinya cukup beragam di kota Bangkhazi, satu sama lain saling curiga mencurigai, suku Fezzan, Cyrenian dan Trippolian.
Sisi lain yang menjadi kelemahan Mu’amar Khadffi, sembilan orang perwira Revolusioner itu, ketika ada yang meninggal seperti Muhammad Al Migarib dan Abdusalam Jalud atau yang mundur karena udzur, seperti Abdul Mun’in all Huna, Mussatafa Al-Gambi, Umar al Muhlis. Kwedi la Hamid, Muhtat Al-Kurwi dan Abu Bakar Al Ganis, tidak secepatnya menggantikan dengan sejumlah perwira muda seperti Miftah Ali dan Mahmud Magarib. Malah Mu’amat disibukkan oleh anak anaknya yang berbut ingin berkuasa menggantikan bapaknya. Baik Syofiah Fargas, maupun Syaiful Islam, baik As Sa’adi muda militer dan seorang yang gemar sepak bola.
Syofiah Fargas, tidak sehebat Banazir Bhuta, tetapi berambisi untuk tampil seperti putri Zdulfiqar Ali Bhuta itu. Ketika Republik rakyat Libia digempur oleh royalis Raja dan antek antek Amerika Serikat di Timur tengah. Tak seorangpun anak anaknya yang menjadi mujahidin. Kabur entah kemana.
Sekarang epublik Rakyat Libia mensisakan kemeranaan moral, berupa penyesalan yang tidak pernah terlupakan oleh rakyat, ketika fasilitas yang diberikan Republik untuk mereka. Penguasa yang baru yang berneka NATO itu, terlihat masih ragu bertindak, seperti menanti petunjuk Zionis Aramco atau menanti konspirasi tujuh puluhan yang kedua di Asia Tenggara. Mereka membantai penganut sosialisme Tauhid.
Kitab Hijau berisi cara berpikirnya kelompok Mu’tazilah yaitu “Manzila baina Manzilaini”, memilih satu pilihan diantara dua pilihan tetapi diartikan oleh pikiran berat “Teori Internasional Ketiga” berisi tentang masalah demokrasi. Setiap bangsa di dunia harus nberagama, sebab bangsa dan agama merupakan penggerak sejarah manusia dan kemanusiaan, jangan ada dominasi diantara keduanya.
Tujuh tahun kemudian Kitab Hijau volume kedua diterbitkan, isinya sarat dengan kajian “Sosialisme Tauhid” yang kurang dimengerti oleh masyarakat dunia, sebab pengertian tentang “Negara Rakyat” dan Negara Massa” dengan adanya “Dewan Revolusi” pada setiap wilayah administratif, merupakan hal yang baru. Apalagi tanpa menyertakan para Mutfi, Marabit dan para Syeh sebagai anggota dewan.
Sedang Sawayah yang semacam pondok pesantren di Indonesia, kurang memperoleh perhatian dari Dewan Revolusi, dianggapnya merintangi kemajuan. Para Mutfinya yang pernah royal pada Raja Idris, banyak yang dihukum mati oleh Dewan Revolusi, apalagi mereka mengaku punya jalur lurus dengan Imam Sanusi. Sebab yang punya jalur lurus dengan Imam Sanusi, Cuma Omar Mukhtar. Pahlawan Libia yang sama dengan Pangeran Diponegoro di Indoenesia.
Selain Kitab Hijau, Mu’amar Khadaffi menerbitkan koran harian untuk menunjang pemikirannya dalam Kitab Hijau, bernama “Al Fajrul Jadid” yang berarti “Fajar Pembaruan”. Mu’amar Khadaffi menilai pemahaman para Mazhab di Libia menyimpang dari Islam. Penganut Imam Sanusi, dinilai Reformist, ingin memperbarui agama yang sudah baru. Penganut Empat Mazhab, Syafie, Mailiki, Hanafi dan Hambali, dinilai Revisionist, ingin menyempurnakan agama yang sudah sempurna. Kelompok Wahabi atau Salafi dinilai Stagnatist, tidak maju dan tidak mundur. Memberhalakan syariat sebagai suatu yang finish yang sudah final.
Oleh Kitab Hijau, dituntut peninjauan kembali dalam suatu Revolusi yang meluruskan agama Islam seperti yang tertera dalam kitab suci Al-Qur’an dengan membersihkan Islam dari praktek praktek jahiiyah yang terbungkus dalam pakaian Mutfi dan gaya Itali. Revolusi Islam dalam Jamhara Libia, adalah Sosialisme Tauhid.
Sosialisme Tauhid memang sangat sulit untuk bisa dimengerti oleh dunia Islam, hanya sebagian kecil dari Ummat Islam yang berpaham Mu’tazilah yang mampu menjabarkan Sosialisme Tauhid itu sebagai sebuah kekuasaan yang “bukan” negara Sekuler dan bukan Negara Agama. Apalagi dengan “Penamaan” sebagai negara Islam atau Republik Islam.
Sebab segala kegiatannya berdasar pada “SUNNATULLAH DAN SUNNATURRASUL”, yaitu Hukum Evolusi dan Hukum Revolusi yaitu “Memanusiakan manusia sebagai Khalifah yang telah dipercaya Tuhan untuk mengaturnya”. Didalam kitab suci Al-Qur’an termasuk aturan permainannya, sekedar untuk mencapai “FID DUNYA HASANATAN WA FIL AKHITATI HASANATAN. WA KINA AZDABAN NAR”.

Hasnan Singodimayan

Pengarang “Suluk Mu’tazilah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar