Cari Entri lain

Sabtu, 24 Januari 2015

DAS LIED DER ARABISCHEN

                Surat surat pendek dalam kitab suci Al-Qur’an yang biasa disebut Surat surat Mantra, mengandung makna yang naratif bagi yang membacanya. Banyak yang beranggapan, berada di Juz tiga puluh, tetapi ada juga yang beranggapan pada bagian bagian tertentu yang diawali dengan kata perintah “qul” yang bermakna “katakan” atau “ucapkan”.
                Ketika turunnya wahyu dengan kata perintah “qul” itu pada mulanya ditujukan kepada Rasulullah, untuk disampaikan kepada ummat manusia sejagad. Tetapi ketika dibaca oleh ummatnya secara naratif, adalah bagi ummatnya yang secara langsung untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.
                Tetapi tidak setiap peribadi ummatnya yang mampu memasuki nilai naratifnya itu. Sebab merupakan suatu bentuk narasi yang sangat lengkap dan sempurna. Hanya Rasulullah yang mampu secara intuitif bisa memaknai kandungannya dan sejumlah kecil dan terbatas untuk orang orang yang berpengetahuan “Landuni”.
                Sebab narasinya berbicara tentang masa lalu, masa kini, masa depan dan masa yang akan datang sesudahnya. Berbeda waktu, berbeda tempat dan berbeda keadaan. Belum lagi materi penyampaiannya. Ada yang tertulis dalam bahasa Arab dan ada juga yang disampaikan secara “mastur dan marqum”.

                Untuk itu dituntut untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat luas dan pengetahuan bahasa Arab yang mendalam, disamping pengetahuan bahasa lain sebagai pendukung utamanya. Pengertian Ulama yang salah kaprah, harus sudah dibuang jauh jauh dari perbendaraan Agama dan digantikan oleh Ulil Albab.
                Narsisme Arab, harus dikikis habis habisan, sebab nilai ritusnya sama dengan Nazisme. Arab Uber Alles, Arab above all. Kecuali Nabi dan Keluarganya serta para sahabat sahabatnya yang “selamat” dari gaya DAS LIED DER ARABISCHEN, sebab ummat Islam telah dpersenjatai oleh Nabi dengan ucapan “Yu’la, wa la Ya’lu alaihi” (Berada diatas dan tidak ada lagi diatasnya).
                Bahasa Arab, adalah bahasa yang Maha tinggi nilai sastranya. Sehingga Tuhan menggunakan bahasa Arab untuk Kitab Sucinya yang terakhir. Sebab menurut penilaian Tuhan disejumlah ayat ayatnya di Al-Qur’an “Jika kitab suci itu menggunakan bahasa selain bahasa Arab”. Dikawatirkan ummatnya besok, bakal menyembah “Perlambang” kata katanya atau bakal menyembah “Perlambang” huruf hurufnya yang dinilai mengandung mantra kekuatan. (Kenyataan dilapangan dimana saja sudah terbukti yang dikawatirkan Tuhan itu).
                Berhubungan bahasa Arab itu, nilai sastranya Maha Tinggi, maka maknanya dalam bahasa lain, diperlukan kajian yang sangat mendalam, agar penafsirannya tidak menyimpang dari maknanya, sehingga bisa di ta’wilkan menurut perkembangan jaman. Maka kitab suci Al-Qur’an tetap actual sepanjang masa seperti yang dijanjikan Tuhan.
                Contoh yang sederhana terdapat pada surat Al-Lahab, sebab yang dimaksud dan yang namanya “Abu Lahab”, bukan Cuma nama pribadi seorang tokoh Quraisy yang dikutuk Tuhan di jaman Nabi, tetapi tokoh “Keserakahan” di sepanjang masa ada dan berada dimana mana, yaitu “Kapitalisme”.
                Bapak Keserakahan (Das Kapital)
                Dengan Nama Allah yang Pengasih dan Penyayang
1.       Binasalah kedua tangan bapak Keserakahan dan pasti dibinasakan.
2.       Percuma saja kekayaan dan harta benda yang mereka kumpulkan menjadi modal.
3.       Sebab nantinya akan melahirkan api kesengsaraan bagi umat.
4.       Para perempuan perempuan mereka, ikut menambah kesengsaraan itu dengan menimbun harta kekayaannya itu dengan sangat serakah di Bank Bank.
5.       Sehingga berakibat leher mereka terjerat erat dengan keserakahannya itu sendiri di pasar bursa.
Maha benar apa yang disabdakan Tuhan.
                Dan masih banyak lagi sejumlah surat surat, terutama surat mantra dan pendek di Juz Tigapuluh yang interprestasinya jelas nyatam untuk segala masa dan dimasa apa saja asal ummatnya memahami sumpah Tuhan tentang “masa”.
                PEPERANGAN yang terjadi pada abad ini, merupakan gambaran yang jelas, pada Surat AL_ADIYAT (Kendaraan perang)
                Dengan nama Allah yang Pengasih dan Penyayang
1.       Demi kendaraan perang yang melaju sangat cepat seperti kilat di tengah medan terbuka
2.       Dengan memuntahan peluru kematian, berupa kilatan api panas pada sasarannya
3.       Berupa serangan kilat di pagi buta
4.       Menerbangkan gumpalan debu yang naik ke angkasa
5.       Menyerang tepat di pusat sasaran
6.       Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar kepada Tuhan
7.       Sesungguhnya manusia itu sendiri telah mengakui keingkarannya sebagai IMPERIALIS
8.       Sebagai tanda tandanya, mereka sangat pelit dengan pemilikannya, dan sangat mencintai pada kekayaannya.
9.       Apaah mereka tidak sadar tentang dirinya yang bakal dibangkitkan dari kuburnya?
10.   Sambil melampiaskan rasa penyesalannya yang ada didalam dadanya
11.   Sesungguhnya Tuhan pada hari dan ketika itu, telah mengetahui apa yang telah terjadi
(Di Indonesia, di Vietnam, di Koream di Kamboja, di Afgan, di Amerika latin, di Magribi Afrika, di Iran, di Irak, di Libia dan entah dimana lagi besuk).
Kitab suci Al Qur’an yang diturunkan Tuhan kepada manusia dalam bahasa Arab dan yang nilai setiap hurufnya punya arti. Merupakan Kitab suci yang mampu menyelesaikan masalah alam, sejak alam itu sendiri diciptakan sampai besuk di akhir zaman, ketika alam dimusnahkan oleh Penguasanya. ALLAHU RABBIL ALAMIN.

Hasnan Singodimayan

Pengarang “Suluk Mu’tazilah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar