Cari Entri lain

Kamis, 30 Januari 2014

SEJARAH KITAB KEJADIAN



            Sejarah Kitab Kejadian selalu diterjemahkan secara verbal menurut kosa kata dan kalimatnya, sehingga melahirkan cara berpikir yang dogma. Tanpa imajinasi sama seklai. Mentah dan kaku. Terbatas dan seutas.
          Sebermula dimulai dari Sabda dan cerita tentang Adam dan Hawa yang di Sorga yang memakan buah “Khuldi” yang kemudiandiusir dari dalamnya, turun ke bumi telanjang bulat seperti Tarzan, tanpa adanya latar belakang SUNNAH, baik “Sunnatullah atau Sunnaturrasul”, yaitu hukum Evolusi dan hukum Revolusi. Sebab yang namanya Aadam dan Haawa yangd disebut “HOMOZOON”, berjumlah cukup banyak. (berdasar kaidah bahasa Arab, kadar huruf panjang, berarti jamak).
            Berdasar Sunnatullah, mereka berkeliaran dimuka bumi yang masih ganas dan liat. Mereka menempati gua gua alam tempat berlindung dari panas dan dingin, dari badai dan salju. Memakan sesuatu yang bisa dimamah dan diketemukan. Yang terasa enak dan lunak, dilalapnya dengan lahab, yang pahit dan kenyal dimuntahkan. Hidupnya sangat bebas “seperti” di alam Sorga, tanpa beban moral semacam primata.
            Sifat Tuhan yang ARRAHMAN DAN ARROKHIM berdasarkan SUNNATULLAH, melemparkan api dari angkasa berupa halilintar dan menyemburkan api dari perut bumi berupa letusan yang bakal jadi gunung, merupakan dua sifat Tuhan yang utama ARRAHMANIRRAHIM.
            Maka energi api yang berkeliaran sekitarnya dan membakar segalanya. Maka mereka kemudian “BERZDIKIR” dengan “BUDI DAYANYA”, menjadikan api itu bermanfaat untuk dirinya. Bisa melumatkan benda yang keras, bisa melunakkan daging dan akar menjadi enak, menghangatkan tubuh yang masih telanjang dan menerangi sekitar ketika gelap.
            Maka proses lebih lanjut, para HOMOZOON itu mengikuti SUNNATURASUL, memakan buah khuldi berupa “BUAH KEBUDAYAAN”. Maka mereka telah terlempar dari habitas Surgawi yang seperti perilaku ZOON yang bebas tak terbatas dalam segala kegiatan, termasuk rana libide yang tidak mengenal jalur darah.
            Kemudian ADAM dipercaya Tuhan sebagai KHALIFAH. Sebagai Penguasa bumi dan isinya, karena dengan budidayanya mengenal nama nama sekitarnya. Hanya mahluk yang dicipta dari energi API yang menentangnya, yaitu SETAN. Mahluk yang dicipta dari energi CAHAYA semaam MALAIKAT, mematuhi apa yag diperintahkannya. Populasi Adam dan Hawa, sudah bisa dinyatakan sebagai HOMONICUS bukan lagi HOMOZOON.terlepas dai kehidupan tak berkebudayaan.
            Generasi selanjutnya yang belum bisa membuat api. Seorang diantara mereka yang dipandang sudah tua atau udzur. Dipercaya sebagai Penyala api agar tak padam. Proses lebih lanjut. Penyala api itu diangkat sebagai tetua atau pandeta dengan julukan apapun. Tetapi proses budaya lain yang menyimpang dari SUNNATULLAH. Penyala dan Api itu dianggap sebagai Pencipta api yang sama dengan TUHAN dan dipertuhankan. Api itu disembah dan dipuja dengan ritual purba.
            Generasi Adam yang secara umum disebut BANI ADAM, ketika sudah mampu membuat api dalam produk budaya yang bersumber dari sinar MATAHARI, telah memuja matahari itu sebagai “RA”, sebagai Tuhan. Generasi Adam yang telah menemukan “LEMBAH SUBUR” untuk bercocok tanam, disebutnya RAS KABIL dan yang masih berada di padang luas, berkelana dengan gembalanya, disebut RAS HABIL. Jadi Kabil dan Habil itu, bukan anak Adam secara genetik, tetapi merupakan anak Adam secara generatif. Ras Kaukasid dan Ras Mongoloid.
            Mereka saling berebut “LEBAH SUBUR” sebagai lahan kehidupannya, untuk bercocok tanam dan untuk mengembala ternak. Lembah subur itu dalam mitos disebut dengan nama IKLIMAH, selalu ditafsirkan sebagai SOSOK PEREMPUAN. Diberbagai tempat namanya berbeda beda. Di lingkungan masyarakay Hindu yang sangat dekat dengan Habil, disebutnya Dewi Sri dan ditempat lain dinamakan Shridei, Sanghyang Sari, Nyi Pohaci.
            Untuk memperoleh Lembah Subur itu, diperlukan kekuatan dan persenjataan dalam memperebutkan IKLIMAH antara Kabil dan Habil. Dalam kitab suci disebutnya “Awala qutila alaihi Nas” (Mula pertama manusia kenal perang). Kemudian diangkat dalam bentuk epos Mahabrata Ramayana oleh generasi di Bharat yang beragama Hindu dengan cerita Bharata Yuda dengan tokoh Rama yang mungkin gambaran Habil.
            Sejarah Kitab Kejadian masih terus berlanjut pada Era Nabi Nuh yang Kaukasid, menempati Lembah Subur dengan status sebagai Kerajaan Purba. Nuh yang senang berpetualang dengan sejumlah orang orangnya DIKELUASAN PANGAE. Mereka mendapati “batas air yang tidak terbatas luasnya”. SUNNATULLAH berupa alam gratifikasi, membuat Nabi Nuh dan orang orangnya BERZDIKIR seribu kali “jika air yang tidak terbatas itu melimpah ke lembah, maka kerajaan dan gunung gunung yang melindungi lembah itu, berapapun jauhnya bakal tenggelam”.
            Sebagaian besar ummat Nabi Nuh termasuk keluarga dan penguasanya tidak pernah bisa percaya, sebab mereka tidak pernah tahu adanya “AIR YANG TIDAK TERBATAS ITU”. Nuh dan orang orangnya ditertawakan dan diolok olok, karena membuat armada raksasa di daratan, bukan semacam biduk diperairan sungai disekitarnya. Armada Nabi Nuh oleh para pengikutnya, dimuati semacam hewan ternak yang mudah berkembang biak.
            Ketika terjadi “BAH NABI NUH”, SEJUMLAH PANGAE berserakan menjadi BENUA berdasar pada SUNNATULLAH. Amerika Selatan terlempar dari Afrika. Amerika Utara terlepas dari Eropa. Afrika terbelah dari Eropa, menjadi laut Mediterian, bekas Kerajaan Nabi Nuh. Asia berserakan menjadi jazirah dan sejumlah kepulauan, akibat pangae Atlantik tenggelam, sehingga Australia hanyut ke selatan. Konon Armada Nabi Nuh, terdampar di Asia tengah, tersisa sejumlah air yang tak terbatas berupa Lautan danau yang kemudian bernama Laut Hitam, Laut Kaspia, Laut Aral, Laut Azov dan sejumlah danau kecil di sekitarnya.
            BAH NABI NUH, bukan dongeng dan bukan peristiwa lokal hanya setempat, tetapi erupakan SUNNATULLAH yang wajib di iring dengan ucapan ALLAHU AKBAR sebab ratusan juta tahun kemudian, pepohonan raksasa sekitar lembah lembah hutan belantara itu. Tertimbun didasar bumi, bergelimpangan di dalam perutnya. Menjadi “rosil” yang diselimuti “carbon”, merupakan bahan utama pnghasil MINYAK BUMI yang berlimpah ruah. Gunung Thursina yang berada di pusatnya hanya sebagai saksi bisu.
            “Demi pepohonan purba yang tertimbun ratusan juta tahun. Demi minyak bumi yang dihasilkan kemudian. Gunung Thursina hanya menjadi saksi bisu. Maka Timur Tengah dan sekitarnya, telah memperoleh kemakmuran yang berlimpah ruah. Karena Tuhan telah menciptakan manusia yang berakal canggih” (Wa tieni, Wa Zaituni, Wa Thurisina, Wa hada Baladil Amin. Laod Halaknal Insana fi Ahsanil Tajwim). Maka Timur tengah kemudian menjadi IKLIMAH yang menjad perebutan negara adi kuasa. Masih berada dipelukan Rahwana.
            Jadi arti pohon TIEN jangan diartikan sempit secara verbal. Akan tetapi Pepohonan purba yang tertimbun dijaman Nabi Nuh ketika dilanda limpahan air bah. Demikian juga dengan istilah buah ZAITUN, bukan huah yang tumbuh di Palestina yang disukai bangsa Israil, tetapi BUAH MINYAK BUMI yang digali manusia berakal canggih.
            Akal manusia yang canggih, harus berjalan menurut “Sunnaturrasul”, tidak melawan “Sunnatullah”, seperti ketika diketemukan bulatan RODA oleh Nabi Hud untuk memperlancar perjalanan manusia dengan berputar berdasar pada Sunatullah. Merupakan bentuk revolusi jaman purba. Yang kemudian diproduksi secara besar besaran oleh bangsa Babil dan Mesir, digunakan untuk mengankut batu batu piramid dan granit.
            Begitulah Sejarah Kitab Kejadian yang harus disampaikan, bukan dengan PEMBOHONGAN DAN PEMBOOHAN. Seakan akan Agama dan para Nabi itu, sekedar Cuma dongeng untuk menina bobokkan manusia. Nabi dimuka bumi ini cukup banyak. Hampir disetiap bangsa anak keturunan Adam, terdapat beberapa orang genius yang bisa disebut Nabi. Tetapi yang tercatat di kitab suci hanya 25 orang. Mereka telah melakukan SUNNAHTURASUL, melakukan bentuk revolusi, menjungkir balikkan keadaan.
            Nabi Ibrahim leluhur para nabi yang dua puluh lima itu, telah melakukan revolusi kepercayaan di kerajaan Babilonia dengan menyatakan dimuka umum “KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Berlain dengan Dzul Qurnain yang di Maksidonia, yang tidak tercatat sebagai nabi. Pernah mengikuti kemauan Ummatnya memburu “RA” yang dianggap sebagai Tuhan. Perburuannya sampai di pegunungan Alpen, tetapi RA menghilang ditelan ufuk. Mereka mengaku salah perhitungan, bukan diburu tetapi dijemput.
            Merela berbalik ke timur dengan sejumlah kuda dan keretanya yang masih sigap menyusuri berbagai gunung danpegunungan. Ketika sampai ditepian sungai Indus. Mereka melihat RA melayang dengan tenang dihadapan hidung mereka. Maka Zdul Qurnain kemudian berkata “RA itu bukan Tuhan, tetapi yang menciptakan RA itulah yang sebenarnya Tuhan. Tidak bisa dipikir dan tidak bisa dibayangkan” (Wa lam yakul lahu kufian ahad).
            Masih banyak jumlah ayat atau bukti empirik diberbagai macam surah dan mahsab (kitab kitab agam) dan sejumlah penemuan pertikel Sejarah Kitab Kejadian itu tidak harus dipaksakan dengan mencari tahun dan masanya, tetapi pada PERISTIWANYA asal dikaji dengan SUNNATULLAH DAN SUNNAHTURRASUL, dikaji dengan hukum eolusi dan hukum revolusi.
            Hukum revolusi tengah berlaku detik ini, berupa Jaringan informasi yang begitu canggih, seakan bentuk wahyu sudah berada ditangan manusi, berkat manusia yang AHSANUL TAKWIM berdasar Sunnatullah bersumber dari Sunnatullah. Kedua hukum itu harus berjalan seimbang yang banyak disebut dalam kitab kitab suci.
            Mereka yang menolak proses evolusi dan proses revolusi, sekalipun menyatakan dirinya beragama dan melakukan ritual agama. Sesungguhnya mereka itu maih tergolong ATHEIS. Sebab mereka masih menjauh dari perkembangan ilmu pengetahuan. Takut pada proses evolusi dan proses revolusi yang terus bergerak sepanjang jaman.

HASNAN SINGODIMAYAN
Pengarang “Suluk Mu’tazila”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar