Sejarah Kitab Kejadian selalu diterjemahkan secara verbal
menurut kosa kata dan kalimatnya, sehingga melahirkan cara berpikir yang dogma.
Tanpa imajinasi sama seklai. Mentah dan kaku. Terbatas dan seutas.
Sebermula dimulai dari Sabda dan cerita tentang Adam dan Hawa
yang di Sorga yang memakan buah “Khuldi” yang kemudiandiusir dari dalamnya,
turun ke bumi telanjang bulat seperti Tarzan, tanpa adanya latar belakang
SUNNAH, baik “Sunnatullah atau Sunnaturrasul”, yaitu hukum Evolusi dan hukum
Revolusi. Sebab yang namanya Aadam dan Haawa yangd disebut “HOMOZOON”,
berjumlah cukup banyak. (berdasar kaidah bahasa Arab, kadar huruf panjang,
berarti jamak).
Berdasar
Sunnatullah, mereka berkeliaran dimuka bumi yang masih ganas dan liat. Mereka
menempati gua gua alam tempat berlindung dari panas dan dingin, dari badai dan
salju. Memakan sesuatu yang bisa dimamah dan diketemukan. Yang terasa enak dan
lunak, dilalapnya dengan lahab, yang pahit dan kenyal dimuntahkan. Hidupnya
sangat bebas “seperti” di alam Sorga, tanpa beban moral semacam primata.
Sifat Tuhan
yang ARRAHMAN DAN ARROKHIM berdasarkan SUNNATULLAH, melemparkan api dari
angkasa berupa halilintar dan menyemburkan api dari perut bumi berupa letusan
yang bakal jadi gunung, merupakan dua sifat Tuhan yang utama ARRAHMANIRRAHIM.
Maka energi
api yang berkeliaran sekitarnya dan membakar segalanya. Maka mereka kemudian
“BERZDIKIR” dengan “BUDI DAYANYA”, menjadikan api itu bermanfaat untuk dirinya.
Bisa melumatkan benda yang keras, bisa melunakkan daging dan akar menjadi enak,
menghangatkan tubuh yang masih telanjang dan menerangi sekitar ketika gelap.
Maka proses
lebih lanjut, para HOMOZOON itu mengikuti SUNNATURASUL, memakan buah khuldi
berupa “BUAH KEBUDAYAAN”. Maka mereka telah terlempar dari habitas Surgawi yang
seperti perilaku ZOON yang bebas tak terbatas dalam segala kegiatan, termasuk
rana libide yang tidak mengenal jalur darah.
Kemudian
ADAM dipercaya Tuhan sebagai KHALIFAH. Sebagai Penguasa bumi dan isinya, karena
dengan budidayanya mengenal nama nama sekitarnya. Hanya mahluk yang dicipta
dari energi API yang menentangnya, yaitu SETAN. Mahluk yang dicipta dari energi
CAHAYA semaam MALAIKAT, mematuhi apa yag diperintahkannya. Populasi Adam dan
Hawa, sudah bisa dinyatakan sebagai HOMONICUS bukan lagi HOMOZOON.terlepas dai
kehidupan tak berkebudayaan.
Generasi
selanjutnya yang belum bisa membuat api. Seorang diantara mereka yang dipandang
sudah tua atau udzur. Dipercaya sebagai Penyala api agar tak padam. Proses lebih
lanjut. Penyala api itu diangkat sebagai tetua atau pandeta dengan julukan
apapun. Tetapi proses budaya lain yang menyimpang dari SUNNATULLAH. Penyala
dan Api itu dianggap sebagai Pencipta api yang sama dengan TUHAN dan
dipertuhankan. Api itu disembah dan dipuja dengan ritual purba.
Generasi
Adam yang secara umum disebut BANI ADAM, ketika sudah mampu membuat api dalam
produk budaya yang bersumber dari sinar MATAHARI, telah memuja matahari itu
sebagai “RA”, sebagai Tuhan. Generasi Adam yang telah menemukan “LEMBAH SUBUR”
untuk bercocok tanam, disebutnya RAS KABIL dan yang masih berada di padang
luas, berkelana dengan gembalanya, disebut RAS HABIL. Jadi Kabil dan Habil itu,
bukan anak Adam secara genetik, tetapi merupakan anak Adam secara generatif. Ras
Kaukasid dan Ras Mongoloid.
Mereka
saling berebut “LEBAH SUBUR” sebagai lahan kehidupannya, untuk bercocok tanam
dan untuk mengembala ternak. Lembah subur itu dalam mitos disebut dengan nama
IKLIMAH, selalu ditafsirkan sebagai SOSOK PEREMPUAN. Diberbagai tempat namanya
berbeda beda. Di lingkungan masyarakay Hindu yang sangat dekat dengan Habil,
disebutnya Dewi Sri dan ditempat lain dinamakan Shridei, Sanghyang Sari, Nyi
Pohaci.
Untuk
memperoleh Lembah Subur itu, diperlukan kekuatan dan persenjataan dalam memperebutkan
IKLIMAH antara Kabil dan Habil. Dalam kitab suci disebutnya “Awala qutila
alaihi Nas” (Mula pertama manusia kenal perang). Kemudian diangkat dalam bentuk
epos Mahabrata Ramayana oleh generasi di Bharat yang beragama Hindu dengan
cerita Bharata Yuda dengan tokoh Rama yang mungkin gambaran Habil.
Sejarah
Kitab Kejadian masih terus berlanjut pada Era Nabi Nuh yang Kaukasid, menempati
Lembah Subur dengan status sebagai Kerajaan Purba. Nuh yang senang berpetualang
dengan sejumlah orang orangnya DIKELUASAN PANGAE. Mereka mendapati “batas air
yang tidak terbatas luasnya”. SUNNATULLAH berupa alam gratifikasi, membuat Nabi
Nuh dan orang orangnya BERZDIKIR seribu kali “jika air yang tidak terbatas itu
melimpah ke lembah, maka kerajaan dan gunung gunung yang melindungi lembah itu,
berapapun jauhnya bakal tenggelam”.
Sebagaian
besar ummat Nabi Nuh termasuk keluarga dan penguasanya tidak pernah bisa
percaya, sebab mereka tidak pernah tahu adanya “AIR YANG TIDAK TERBATAS ITU”.
Nuh dan orang orangnya ditertawakan dan diolok olok, karena membuat armada
raksasa di daratan, bukan semacam biduk diperairan sungai disekitarnya. Armada
Nabi Nuh oleh para pengikutnya, dimuati semacam hewan ternak yang mudah
berkembang biak.
Ketika
terjadi “BAH NABI NUH”, SEJUMLAH PANGAE berserakan menjadi BENUA berdasar pada
SUNNATULLAH. Amerika Selatan terlempar dari Afrika. Amerika Utara terlepas dari
Eropa. Afrika terbelah dari Eropa, menjadi laut Mediterian, bekas Kerajaan Nabi
Nuh. Asia berserakan menjadi jazirah dan sejumlah kepulauan, akibat pangae
Atlantik tenggelam, sehingga Australia hanyut ke selatan. Konon Armada Nabi
Nuh, terdampar di Asia tengah, tersisa sejumlah air yang tak terbatas berupa Lautan
danau yang kemudian bernama Laut Hitam, Laut Kaspia, Laut Aral, Laut Azov
dan sejumlah danau kecil di sekitarnya.
BAH NABI
NUH, bukan dongeng dan bukan peristiwa lokal hanya setempat, tetapi erupakan
SUNNATULLAH yang wajib di iring dengan ucapan ALLAHU AKBAR sebab ratusan juta
tahun kemudian, pepohonan raksasa sekitar lembah lembah hutan belantara itu.
Tertimbun didasar bumi, bergelimpangan di dalam perutnya. Menjadi “rosil” yang
diselimuti “carbon”, merupakan bahan utama pnghasil MINYAK BUMI yang berlimpah
ruah. Gunung Thursina yang berada di pusatnya hanya sebagai saksi bisu.
“Demi
pepohonan purba yang tertimbun ratusan juta tahun. Demi minyak bumi yang
dihasilkan kemudian. Gunung Thursina hanya menjadi saksi bisu. Maka Timur
Tengah dan sekitarnya, telah memperoleh kemakmuran yang berlimpah ruah. Karena
Tuhan telah menciptakan manusia yang berakal canggih” (Wa tieni, Wa Zaituni, Wa
Thurisina, Wa hada Baladil Amin. Laod Halaknal Insana fi Ahsanil Tajwim). Maka
Timur tengah kemudian menjadi IKLIMAH yang menjad perebutan negara adi kuasa.
Masih berada dipelukan Rahwana.
Jadi arti
pohon TIEN jangan diartikan sempit secara verbal. Akan tetapi Pepohonan purba
yang tertimbun dijaman Nabi Nuh ketika dilanda limpahan air bah. Demikian juga
dengan istilah buah ZAITUN, bukan huah yang tumbuh di Palestina yang disukai
bangsa Israil, tetapi BUAH MINYAK BUMI yang digali manusia berakal canggih.
Akal manusia
yang canggih, harus berjalan menurut “Sunnaturrasul”, tidak melawan
“Sunnatullah”, seperti ketika diketemukan bulatan RODA oleh Nabi Hud untuk
memperlancar perjalanan manusia dengan berputar berdasar pada Sunatullah.
Merupakan bentuk revolusi jaman purba. Yang kemudian diproduksi secara besar
besaran oleh bangsa Babil dan Mesir, digunakan untuk mengankut batu batu
piramid dan granit.
Begitulah
Sejarah Kitab Kejadian yang harus disampaikan, bukan dengan PEMBOHONGAN DAN
PEMBOOHAN. Seakan akan Agama dan para Nabi itu, sekedar Cuma dongeng untuk
menina bobokkan manusia. Nabi dimuka bumi ini cukup banyak. Hampir disetiap
bangsa anak keturunan Adam, terdapat beberapa orang genius yang bisa disebut
Nabi. Tetapi yang tercatat di kitab suci hanya 25 orang. Mereka telah melakukan
SUNNAHTURASUL, melakukan bentuk revolusi, menjungkir balikkan keadaan.
Nabi Ibrahim
leluhur para nabi yang dua puluh lima itu, telah melakukan revolusi kepercayaan
di kerajaan Babilonia dengan menyatakan dimuka umum “KETUHANAN YANG MAHA ESA”.
Berlain dengan Dzul Qurnain yang di Maksidonia, yang tidak tercatat sebagai
nabi. Pernah mengikuti kemauan Ummatnya memburu “RA” yang dianggap sebagai
Tuhan. Perburuannya sampai di pegunungan Alpen, tetapi RA menghilang ditelan
ufuk. Mereka mengaku salah perhitungan, bukan diburu tetapi dijemput.
Merela
berbalik ke timur dengan sejumlah kuda dan keretanya yang masih sigap menyusuri
berbagai gunung danpegunungan. Ketika sampai ditepian sungai Indus. Mereka
melihat RA melayang dengan tenang dihadapan hidung mereka. Maka Zdul Qurnain
kemudian berkata “RA itu bukan Tuhan, tetapi yang menciptakan RA itulah yang
sebenarnya Tuhan. Tidak bisa dipikir dan tidak bisa dibayangkan” (Wa lam yakul lahu
kufian ahad).
Masih banyak
jumlah ayat atau bukti empirik diberbagai macam surah dan mahsab (kitab kitab
agam) dan sejumlah penemuan pertikel Sejarah Kitab Kejadian itu tidak harus
dipaksakan dengan mencari tahun dan masanya, tetapi pada PERISTIWANYA asal
dikaji dengan SUNNATULLAH DAN SUNNAHTURRASUL, dikaji dengan hukum eolusi dan
hukum revolusi.
Hukum
revolusi tengah berlaku detik ini, berupa Jaringan informasi yang begitu
canggih, seakan bentuk wahyu sudah berada ditangan manusi, berkat manusia yang AHSANUL
TAKWIM berdasar Sunnatullah bersumber dari Sunnatullah. Kedua hukum itu harus
berjalan seimbang yang banyak disebut dalam kitab kitab suci.
Mereka yang
menolak proses evolusi dan proses revolusi, sekalipun menyatakan dirinya
beragama dan melakukan ritual agama. Sesungguhnya mereka itu maih tergolong
ATHEIS. Sebab mereka masih menjauh dari perkembangan ilmu pengetahuan. Takut
pada proses evolusi dan proses revolusi yang terus bergerak sepanjang jaman.
HASNAN
SINGODIMAYAN
Pengarang
“Suluk Mu’tazila”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar