Cari Entri lain

Sabtu, 01 November 2014

WARGA DAN NEGARA SABA’




Sekian banyak tafsir Al-Qur’an dan sekian banyak pakar ahli tafsir, tidak seorangppun yang “mau” dan yang “berani” memaknai secara jelas dengan kadar ilmu pengetahuan yang mumpuni tentang SABA’, sebagai suatu bangsa yang diperhitungkan Tuhan, kebesaran dan keberadaannya, selain bangsa Arab dan bahasanya serta bangsa Israil yang sering ingkar dan beberapa Negara dan kerajaan yang pernah tersintuh namanya di dalam Al-Qur’an seperti  Romawi dan Babilonia.
Al-Qur’an, sebaga kitab suci yang diperuntukkan bagi manusia sejagad, telah dijamin keabadiannya oleh Allah di Lauhil Mahrud, sejak basyar dan manusia diciptakan Tuhan. Dahulu, sekarang dan yang akan datang, bersifat sangat universal dan bukan hanya untuk bangsa Arab dan bangsa Yahudi.
Di jaman Rasulullah atau sebelumnya, yang namanya “timur tengah” belum pernah ada. Di jaman itu yang dikenal Cuma “Keyakinan baru yang ampuh dan keyakinan lama yang rapuh”. Keyakinan baru yang ampuh tu, sudah jelas ISLAM, bukan Arab. Sebab dilingkup bangsa Arab sendri, masih terdapat keyakinan lama yang rapuh. Jauh dibelakang bangsa Takruni dan Farsi.
Penafsiran yang berorientasi pada “Arab centris”. Keberanian dan kemampuan untuk memasuki wilayah ilahiyat yang universal dan memasuki wilayah ilmu pengetahuan dengan wawasan yang sangat luas, tidak pernah disintuh dengan benar oleh para penafsir itu, mereka selalu berkulai sekitar pentas Syam, Yaman dan Sinah.
Perhitungan waktu dan perhitungan jarak, ditafsirkan secara impirik, berdasar ilmu pengetahuan masa lalu yang berwarna kuning. Malah sering melakukan penyimpangan yang tidak relevan, memasuki wilayah Tuhan yang abstrak. Cerita akhrat, cerita sorga dan cerita neraka, melakukan cara berfikir jahiliyah yang picik dengan cerita pembohongan dan pembodohan. Kapan ummat diberi pencerahan dengan ilmu pengetahuan.
Secuwil pertanyaan tak pernah bisa dijawab “Apakah dijaman Nabi Nuh, bumi sudah berbentuk benua atau masih pangea? Apakah gunung Sinai merupakan pusat dari sekian benua yang bakal berserak? Sehingga melahirkan pertanyaan lain, tentang waktu dan tempat. “Bagaimana jarak waktu dan tempat di jaman purba itu?”. Jawabnya ada para Surah SABA’ ayat 18 dan ayat 19 “Kam tetapkan antara benua itu, jarak perjalanan dari tempat yang satu ketempat yang lain dengan aman”. Dibuktikan dengan perjalan Nabi Sulaiman ke SABA’. “Perjalanan peginya sama dengan sebulan dan perjalanan sorenya sama denan sebulan”. “artinya sama kecepatannya dengan angin putng beliung. (Perjalanan Isra’ Rasulullah, kecepatannya meebihi kecepatan sinar).
Dari situ timbul pula pertanyaan lain “Dimana keberadaan bangsa SABA’ ?” sebab arti sebenarnya SABA’ menurut kaidah sastra Arab yang sangat komplek itu dengan nilai kebahasaannya yang klasik, maka SABA’ bisa berarti “diguyur dan dikepung air”. Dimana Negara di dunia ini, komonitas yang diguyur air dan dikepung air.
Maka jawabnya Cuma satu, yaitu NUSWANTARA INDONESIA, sesudah tenggelamnya bongkalan benua Atlantik keselatan, sehingga yang tersisa merupakan jamrud kepulauan yang sangat indah, sebuah diantaranya tergambar seperti orang yang melakukan sesembahan dan dipusatnya berdiri sebuah situs berupa bangunan yang disebut AT-THUR. tetapi masih sangat rawan dengan letusan gunung berapi, gempa bumi dan luapan samudra yang dinamakan Stunami.

Subhanallah

HASNAN SINGODIMAYAN

Pengarang “Suluk Mu’tazilah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar