Hasnan
Singodimayan
SEJARAH perkembangan Islam sejak
jaman Rasulullah dan sampai sekarang, tidak pernah ada yang namanya “Daulat
Islamiyah”. Negara Kota yang dibangun Rasulullah, dinamakan “Madinatul
Munawarah”, artinya Negara yang sangat cemerlang. Demikian juga dengan kota
Purba yang bernama Bakkah, disebutnya “Makkah Al-Mukaramah”, artinya Negara yang
diselimuti Kemulyaan sepanjang masa. Siapapun Penguasanya.
Daulat Islamiyah itu Cuma imajinasi
dan wacana sejumlah Fukaha’ dan Ulama, setelah mereka mendengar, membaca dan
melihat terkuburnya “Daulat Ummaiyah” selama kuasa 90 tahun yang berpusat di
Suriah (661-750) dan “Daulat Abbasiyah” yang berkuasa selama 500 tahun di
Bagdad (750-1258). Sebab KEDUA DAULAT itu sangat berbeda dengan “Daulat keempat
Khaliratur Rasyidin” selama 29 tahun (632-661).
Khalifah Abu Bakar Sidik berkuasa
selama dua tahun, Khalifah Umar bin Khatab berkuasa selama sepuluh tahun,
Khalifah Usman bin Affan berkuasa selama sebelas tahun dan Khalifah Ali bin Abu
Thalib berkuasa selama enam tahun. Kedaulatan mereka sangat dekat dengan “Musyawarah”.
Sekalipun demikian mereka masih juga mati terbunuh, kecuali Khalifah Abu Bakar
Sisik.
Sesudah masa Khalifatur Rasyidin
itu, kemudian muncul Daulat Ummaiyah yang berpola piker “RAJA ITU KHALIFAH”
yang kedaularannya berada di ujung pedang (661-750). Kemudia Daulat Abbasiyah
yang berpola piker hamper sama, yaitu “KHALIFAH ITU RAJA” yang kedaulatannya
berada di Laborat dan Perpustakaan (750-1258).
Selanjutnya Daulat Ummaiyah
dihancurkan oleh kebodohannya sendiri dan rebut harta dan harem. Daulat Abbasiyah
dihancurkan oleh Holugu dari Mongol dengan mnghancurkan Laborat dan
Perpustakaan serta membakar semangat Ashobiyah yang nasionalis sempit dikalangan
bangsa Arab dan suku suku lain yang Badawin dan nomad. (1259). Daulat Abbasiyah
yang di Spanyol dikalangan oleh Ratu perempuan (1492) dab Daulat Fatimiyah yang
di Mesir dan magribi digusur oleh Nopoleon (1789).
Jadi yang namanya “Daulat Islamiyah”
tidak pernah ada dala perkembangan sejarah Islam. Sebab jika konotasinya sangat
sempit, maka denotasinya menjadi “Darul Islam” dan jika diterjemahkan dalam
bahasa Inggris, menjadi “Islamic State”. Diterjemahkan dalam bahsa Indonesia
menjadi “Negara Islam”.
Kemudian jika di abad sekarang ini,
ada Negara atau Nation, yang menyatakan negaranya dengan nama “Republik Islam”,
tujuannya cyma formalitas, jika Negara itu sejumlah warganya mayoritas Muslim. Lebih
dari itu tidak. Sebab ketika meperoleh tandingan oleh sebuah Negara yang
warganya mayoritas Muslim juga dengan menamkan Negaranya “Republik Rakyar
Sosialis”. Dunia melakukan konpirasi bersama sama selama tiga puluh tahun,
untuk mengahancurkan Negara itu. Termasuk Negara Negara yang mayoritas warganya
sama sama Muslim.
Karena “Daulat Islamiyah” itu, cuma
merupakan imajinasi dan wacana dari sejumlah Fukaha’ dan Ulama Salaf, maka
perkembangan selanjutnya selalu menyentuh rasa pulitik yang menyimpang jauh
dari idelisme Islam yang sebenarnya. Maka lahir kemudian istilaj “Darul Islam”
dan “Republik Islam” atau dalam pengertian sempit “Negara Islam” bukan “Masyarakat
Islam”.
Kemudian untuk bisa kembali pada
idelisme itu, maka republik Indonesia yang mayoritas warganya Muslim itu, bisa
mnunjukkan kepada dunia, bahwa Negara Indonesia adalah “Republik Pancasila”
yang bhineka tunggal eka. (jika disalin dalam bahasa Arab “Jumhurriyah
al-Mutawahidah). Tidak perlu dengan nama Daular Islamiyah, Republik Islam atau
Negara Islam dengan memperlakukan syariat syariatnya yang “telah” dilakukan
penganutnya yang TAQWA, tanpa harus dengan legalisasi Negara atau institusi.
Banyuwangi, 11 September
2014
Hasnan Singodimayan
Pengarang “Suluk Mu’tazilah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar