(Proyeksi yang sangat indah)
Oleh : Hasnan Singodimayan
Memperoyeksikan
Sabda Rasulullah, memerlukan kajian yang sangat luas dengan sejumlah wawasan
ilmu pengetahuan yang mendasar dalam bentuk kajian Antropologi budaya. Sebab sebuah
kalimat yang disabdakan Rasulullah mampu menggoncangkan dunia. Baik ketika
jaman Rasulullah dimasa itu atau masa sebelumnya, masa kini dan masa yang akan dating.
Sekelumit contohnya terdapat pada sebuah Hadist (Mutafaq Alaihi), ketika
Rasulullah “meramalkan” Ummatnya disuaru jaman nanti dihadapan sejumlah
sahabatnya.
“Pada
suatu jaman nanti, nasih sebagian Ummat Islam seperti BUIH yang dipermainkan
oleh gelombang samudera”. Para Sahabat kemudian bertanya “Apakah Ummat Islam ketika
itu sangat sedikir?”. “Tidak. Mereka cukup banyak” jawab Rasulullah tegas.
“Mengapa
mereka bernasb sampai begitu?” Tanya Sahabat selanjutnya.
“Sebab
mereka Cuma senang mencari kekayaan dengan segala macam cara dan mereka pada
takut mati, karena kekayaannya itu”.
Menurut
keyakinan Para Pengamat sejarah dan atropolog. Masa yang diceritakan Rasulullah
itu “telah atau sedang” terjadi secara sangat jelas di INDONESIA, bukan di
PAKISTAN atau IRAN. Didasarkan pada kajian impirik, jumlah Jamaah Haji
terbanyak di dunia berasal dari Indonesia, Iran dan Pakistan. Dan Mahab yang dianutnya secara potensial, di Iran 90%
penganut Syi’ah, di Pakistan 90% penganut Syi’ah dan Sunny, sedang di Indonesia
90% penganut Sunny. Itupun masih terbagi dalam beberapa FIRQAH atau sempalan.
Menurut
Clifford Geertz dalam bukunya “The Religion of Java” terdapat tiga komunitas
Muslim di Jawa, yaitu SANTRI, PRIYAYI, ABANGAN. Tetapi menurut Pakar Budaya
Indonesia sendiri, bisa dijabarkan lagi menjadi Sembilan, yaitu SANTRI, santri
Priyayi, Santri Abangan. PRIYAYI, Priyayi Abangan, Priyayi Santri. ABANGAN. Abangan
Priyayi, dan Abangan Santri. Dari kesebilan komunitas itu, sudah bisa diketahui
kemana arah pandangan hidupnya atau dalam pengertian sempit. Dimana dan mana
komunitas Partainya? Bung Karno, pernah bercerita cita, agar bangsa Indonesia,
bisa menggabungkan ketiganya menjadi satu ide dalam Jiwanya, yaitu PRIYAYI,
SANTRI DAN ABANGAN.
Pada
tahun 1955, pemiliha umum pertama di Indonesia. Ada puluhan Partai yang ikut
pemilihan, tetapi Cuma menghasilkan EMPAT BESAR, yaitu Majlis Syura Muslimin
Indonesia, Partai Nahdlatul Ulama, Partai Nasional Indonesia dan Partai Komunis
Indonesia. Adapun
jumlah partai Islam, cukup sampel, hanya empat partai :MASYUMI, NU, PSII dan
Perti. Tetapi ketika terhimpun di Majlis KONSTITUANTE, cukup “menggetarkan”
bangsa bangsa di dunia, seimbang dengan PNI, PKI dan Partai kecil yan
berserakan sekitarnya.
Ummat
Islam Indonesia dalam perimbangan Syariat Sunni semcam aliran, sangat
bervariasi, yaitu SUnnah Wal Jamaah, Sunnah bis Syi’iah, Sunnah bil Wahaby,
sunnah a la Wali. Sunnah ka Jawi dan Sunnah biknairi Sunnah. Yaitu suatu
komunitas yang sering bertengkar dan berdebat tentang syariatnya, tetapi dalam
bentuk Khutbah Jum’ah di tulisan dan polemic di medianya masing masing.
Dalam
strategi Politik Pemerintahan, ke empat partai Islam itu, pernah direkrut
menjadi satu wadah, sehingga menjadi kekuatan yang tak berdaya. Di era
Reformasi, pernah terjadi KEAJAIBAN YANG TIDAK AJAIB. Sehingga IRAN DAN
PAKISTAN sempat member komentar dan bisikan lirih. Yaitu ketika GUS DUR menjadi
Presiden REPUBLIK INDONESIA. AMIEN RAIS menjadi ketua MPR dan AKBAR TANJUNG
menjadi ketua parlemen.
“Mengapa
mereka tidak secepatnya memperoklamirkan Negara itu menjadi REPUBLIK ISLAM
INDONESIA? Sejajar dengan REPUBLIK ISLAM IRAN DAN REPUBLIK ISLAM PAKISTAN. Kedua
Negara itu, tidakpernah tahu kekatan budaya dan kebudayaan Indonesia. Muslim
Indonesia yang 90% itu, bodoh dan melarat, sementara yang pintar dan kaya, tak
mengenal syari’at. Sebab syari’at nya Cuma cari kekayaan dengan segala macam
cara.
Sebagian
besar muslim di Indonesia, berkebudayaan adhi luhung yang sudah kehilangan
maknanya. Bermental seperti buih yang dipermainkan gelombang, tidak bermental
seperti “batu karang” yang tak pernah goyang oleh gelombang, yaitu “berilmu
pengetahuan” yang dasar dasarnya, cukup banyak didalam Kitab Al-Qur’an.
Oleh
karena itu, perlu Re-evaluasi atau sekalian revolusi pada sejumlah “Penterjamahan
dan penafsiran A;-Qur’an” berdasar pada ediom edioom global dan universal,
untuk rangkaian sebuah ayat Al-Qur’an “KA NA FI RASULULLAH USWATUN HAANAH”
(Sesungguhnya pada pribadi Rasulullah dalam perjuangannya, merupakan proyeksi
kehidupan manusia yag sangat indah perjuangannya, merupakan proyeksi manusia
yang sangat indah dalam kejadiannya) untuk dikaji dan diikuti perjalanannya. Jangan
Cuma dikagumi dan dipuji puji dalam ucapan.
Shalawat
harus disampaikan dengan sungguh sungguh, ketika mendegar namanya,ketika
membaca perjuangannya dan ketika menyimak kebenaran dan ilmu pengetahuannya. Sebab
Rasulullah telah dipercaya punya intuisi suci, mengetahui perjalanan ummatnya
sampai hari KIamat nantinya. Salah satu diantaranya “Sejarah perkembangan Ummat
Islam di Indonesia. “Allahumma Salli ala Muhammad”.
Sejarah
perjalanan dan perjuangan Rasulullah dalam proyeksi yang sangat besar dan
global itu, merupakan proyeksi sejarah penciptaan manusia seperti yang terdapat
dan yang terkisahkan dalam Surat AD-Dhuha seperti dibawah ini :
Ad-Dhuha
(Hari hari kerja)
Dengan
Nama Allah yang Pengasih dan PEnyayang
1. Demi
Hari hari kerja
2. Demi
malam waktu untuk merenung
3. Tuhamu
masih penuh perhatian, tanpa pernah meninggalkanmu
4. Sesungguhnya
pada masa yang akand atang di akhir nanti. Manusia itu jauh lebih lengkap dan
lebih baik, ditimbang masa pertama diciptakan (hamper sama dengan primate yang
lain).
5. Dan
Tuhan telah banyak memberikan bantuan, sampai manusia merasa puas dan lega atas
semua itu (termasuk tehnologi yang telah dibuatnya).
6. Bukankah
pada mulanya (manusia) didapati dalam keadaan primitip yang kemudian
berbudidaya.
7. Pada
mulanya terbelakang kemduan memperoleh ilmu pengetahuan
8. Pada
mulanya dala keadaan sangat rendah dikuasai alam, kemudian pada tingkat tinggi
menguasai potensi alam.
9. Oleh
karena itu, kepada komunitas yang masih terbelakang. Engkau jangan menghianya.
10. Dan
kepada komunitas yang kurang berpengetahuan. Engkau jangan ikut menindas.
11. Dam
atas segala nikmat Tuhan. Engkau harus anyak membicarakan dengan cara menyebar
luaskan.
Hasnan Singodimayan
Pengarang
“Suluk Mu’tazilah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar