Cari Entri lain

Jumat, 08 Agustus 2014

USWATUN HASANAH



(Proyeksi yang sangat indah)
Oleh : Hasnan Singodimayan

Memperoyeksikan Sabda Rasulullah, memerlukan kajian yang sangat luas dengan sejumlah wawasan ilmu pengetahuan yang mendasar dalam bentuk kajian Antropologi budaya. Sebab sebuah kalimat yang disabdakan Rasulullah mampu menggoncangkan dunia. Baik ketika jaman Rasulullah dimasa itu atau masa sebelumnya, masa kini dan masa yang akan dating. Sekelumit contohnya terdapat pada sebuah Hadist (Mutafaq Alaihi), ketika Rasulullah “meramalkan” Ummatnya disuaru jaman nanti dihadapan sejumlah sahabatnya.
“Pada suatu jaman nanti, nasih sebagian Ummat Islam seperti BUIH yang dipermainkan oleh gelombang samudera”. Para Sahabat kemudian bertanya “Apakah Ummat Islam ketika itu sangat sedikir?”. “Tidak. Mereka cukup banyak” jawab Rasulullah tegas.
“Mengapa mereka bernasb sampai begitu?” Tanya Sahabat selanjutnya.
“Sebab mereka Cuma senang mencari kekayaan dengan segala macam cara dan mereka pada takut mati, karena kekayaannya itu”.
Menurut keyakinan Para Pengamat sejarah dan atropolog. Masa yang diceritakan Rasulullah itu “telah atau sedang” terjadi secara sangat jelas di INDONESIA, bukan di PAKISTAN atau IRAN. Didasarkan pada kajian impirik, jumlah Jamaah Haji terbanyak di dunia berasal dari Indonesia, Iran dan Pakistan. Dan Mahab  yang dianutnya secara potensial, di Iran 90% penganut Syi’ah, di Pakistan 90% penganut Syi’ah dan Sunny, sedang di Indonesia 90% penganut Sunny. Itupun masih terbagi dalam beberapa FIRQAH atau sempalan.
Menurut Clifford Geertz dalam bukunya “The Religion of Java” terdapat tiga komunitas Muslim di Jawa, yaitu SANTRI, PRIYAYI, ABANGAN. Tetapi menurut Pakar Budaya Indonesia sendiri, bisa dijabarkan lagi menjadi Sembilan, yaitu SANTRI, santri Priyayi, Santri Abangan. PRIYAYI, Priyayi Abangan, Priyayi Santri. ABANGAN. Abangan Priyayi, dan Abangan Santri. Dari kesebilan komunitas itu, sudah bisa diketahui kemana arah pandangan hidupnya atau dalam pengertian sempit. Dimana dan mana komunitas Partainya? Bung Karno, pernah bercerita cita, agar bangsa Indonesia, bisa menggabungkan ketiganya menjadi satu ide dalam Jiwanya, yaitu PRIYAYI, SANTRI DAN ABANGAN.
http://sumsel.files.wordpress.com/2013/12/1-pemilu-karikatur.jpgPada tahun 1955, pemiliha umum pertama di Indonesia. Ada puluhan Partai yang ikut pemilihan, tetapi Cuma menghasilkan EMPAT BESAR, yaitu Majlis Syura Muslimin Indonesia, Partai Nahdlatul Ulama, Partai Nasional Indonesia dan Partai Komunis Indonesia. Adapun jumlah partai Islam, cukup sampel, hanya empat partai :MASYUMI, NU, PSII dan Perti. Tetapi ketika terhimpun di Majlis KONSTITUANTE, cukup “menggetarkan” bangsa bangsa di dunia, seimbang dengan PNI, PKI dan Partai kecil yan berserakan sekitarnya.
Ummat Islam Indonesia dalam perimbangan Syariat Sunni semcam aliran, sangat bervariasi, yaitu SUnnah Wal Jamaah, Sunnah bis Syi’iah, Sunnah bil Wahaby, sunnah a la Wali. Sunnah ka Jawi dan Sunnah biknairi Sunnah. Yaitu suatu komunitas yang sering bertengkar dan berdebat tentang syariatnya, tetapi dalam bentuk Khutbah Jum’ah di tulisan dan polemic di medianya masing masing.
Dalam strategi Politik Pemerintahan, ke empat partai Islam itu, pernah direkrut menjadi satu wadah, sehingga menjadi kekuatan yang tak berdaya. Di era Reformasi, pernah terjadi KEAJAIBAN YANG TIDAK AJAIB. Sehingga IRAN DAN PAKISTAN sempat member komentar dan bisikan lirih. Yaitu ketika GUS DUR menjadi Presiden REPUBLIK INDONESIA. AMIEN RAIS menjadi ketua MPR dan AKBAR TANJUNG menjadi ketua parlemen.
“Mengapa mereka tidak secepatnya memperoklamirkan Negara itu menjadi REPUBLIK ISLAM INDONESIA? Sejajar dengan REPUBLIK ISLAM IRAN DAN REPUBLIK ISLAM PAKISTAN. Kedua Negara itu, tidakpernah tahu kekatan budaya dan kebudayaan Indonesia. Muslim Indonesia yang 90% itu, bodoh dan melarat, sementara yang pintar dan kaya, tak mengenal syari’at. Sebab syari’at nya Cuma cari kekayaan dengan segala macam cara.
Sebagian besar muslim di Indonesia, berkebudayaan adhi luhung yang sudah kehilangan maknanya. Bermental seperti buih yang dipermainkan gelombang, tidak bermental seperti “batu karang” yang tak pernah goyang oleh gelombang, yaitu “berilmu pengetahuan” yang dasar dasarnya, cukup banyak didalam Kitab Al-Qur’an.
Oleh karena itu, perlu Re-evaluasi atau sekalian revolusi pada sejumlah “Penterjamahan dan penafsiran A;-Qur’an” berdasar pada ediom edioom global dan universal, untuk rangkaian sebuah ayat Al-Qur’an “KA NA FI RASULULLAH USWATUN HAANAH” (Sesungguhnya pada pribadi Rasulullah dalam perjuangannya, merupakan proyeksi kehidupan manusia yag sangat indah perjuangannya, merupakan proyeksi manusia yang sangat indah dalam kejadiannya) untuk dikaji dan diikuti perjalanannya. Jangan Cuma dikagumi dan dipuji puji dalam ucapan.
Shalawat harus disampaikan dengan sungguh sungguh, ketika mendegar namanya,ketika membaca perjuangannya dan ketika menyimak kebenaran dan ilmu pengetahuannya. Sebab Rasulullah telah dipercaya punya intuisi suci, mengetahui perjalanan ummatnya sampai hari KIamat nantinya. Salah satu diantaranya “Sejarah perkembangan Ummat Islam di Indonesia. “Allahumma Salli ala Muhammad”.
Sejarah perjalanan dan perjuangan Rasulullah dalam proyeksi yang sangat besar dan global itu, merupakan proyeksi sejarah penciptaan manusia seperti yang terdapat dan yang terkisahkan dalam Surat AD-Dhuha seperti dibawah ini :
Ad-Dhuha (Hari hari kerja)
Dengan Nama Allah yang Pengasih dan PEnyayang
1.      Demi Hari hari kerja
2.      Demi malam waktu untuk merenung
3.      Tuhamu masih penuh perhatian, tanpa pernah meninggalkanmu
4.      Sesungguhnya pada masa yang akand atang di akhir nanti. Manusia itu jauh lebih lengkap dan lebih baik, ditimbang masa pertama diciptakan (hamper sama dengan primate yang lain).
5.      Dan Tuhan telah banyak memberikan bantuan, sampai manusia merasa puas dan lega atas semua itu (termasuk tehnologi yang telah dibuatnya).
6.      Bukankah pada mulanya (manusia) didapati dalam keadaan primitip yang kemudian berbudidaya.
7.      Pada mulanya terbelakang kemduan memperoleh ilmu pengetahuan
8.      Pada mulanya dala keadaan sangat rendah dikuasai alam, kemudian pada tingkat tinggi menguasai potensi alam.
9.      Oleh karena itu, kepada komunitas yang masih terbelakang. Engkau jangan menghianya.
10.  Dan kepada komunitas yang kurang berpengetahuan. Engkau jangan ikut menindas.
11.  Dam atas segala nikmat Tuhan. Engkau harus anyak membicarakan dengan cara menyebar luaskan.

Hasnan Singodimayan
Pengarang “Suluk Mu’tazilah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar