Cari Entri lain

Jumat, 22 Agustus 2014

HUKUM EVOLUSI DAN HUKUM REVOLUSI



HASNAN SINGODIMAYAN

                TAFSIR adalah suatu kejadian pada Kitab Suci Al-Qur’an berdasar pada kosa kata dan kalimat kalimatnya yang tekstual, disamping pada sebab akibat mengapa ayat ayat itu diturunkan kepada Rasulullah, pada ruang, waktu dan keadaan ketika itu. Sedang takwil adalah suatu kejadian pada Kitab Suci Al-Qur’an, berdasar pada intuisi kalimat dan kosa katanya secara Universal pada sejarah manusia dan kemanusiaan yang tidak terikat oleh waktu, ruang dan keadaan. Sehingga lebih mendekati pada kebenaran.

            Potensi Kitab Suci Al-Qur’an secara utuh terdapat pada Surahnya, kemudian pada ayat ayatnya, bukan malah sebaliknya. Memotong ayat ayat dari sejumlah Surat, menurut kehendak nafsunya. Sehingga sejarah manusia dan kemanusiaan bunga Israil dalam surat Al-Baqarah, menjadi terpotong potong. Demikian juga Sejarah Manusia dan Kemanusiaan bangsa Ali Imran atau Ras Arami, sering terpenggal oleh tafsir yang dipotong potong itu dengan mengikuti cara berpikirnya “Israiliyat”, sampa sampai sejumlah hauruf SANDI di sejumlah Surat, ditafsirkan menurut nafsunya, sedang huruf huruf SANDI itu merupakan rahasia Tuhan, sebagai pertanda jika didalam surat surat itu mengandung sejarah manusa dan kemanusiaan secara umum
Sejarah Manusia dan Kemanusiaan bangsa Israil yang disebut Ras Ibrani itu. Dahulu, sekarang dan masa yang akan dating besok, selalu terkait dengan sejarah Manusia dan Kemanusiaan Ras Arami yang kemudian melahirkan dua orang Nabi pilihan generasi IBRAHIM dan memperoleh Kitab Suci, berupa Kitab Injil dan Al-Furqan. Kedua kitab suci itu sudah ditafsirkan, tetapi belum pernah ditakwilkan secara benar. Sebab seperti pada sebuah Sabda yang menjelaskan tentang itu dalam Surah Al-Imran ayat 7:
“Dialah, Tuhan yang menurunkan Kitab itu untukmu yang didalamnya terdapat sejumlah ayat ayat yang cukup jelas dan merupakan Induk Ktab sebagai dasar yang menentukan hokum. Sebagian lagi, terdapat ayat-ayat yang harus dikaji dengan kajian ilmu pengetahuan yang impirik. Tetapi bagi mereka yang masih picik kadar ilmu pengetahuannya. Maka ayat ayat itu ditafsirkan secara dangkal, sehingga menimbulkan fitnah dengan membuat takwil tanpa dasar ilmu pengetahuan yang mendalam. Sebab tak seorangpun yang mampu mentakwilkan, kecuali atas petunjuk Allah semata lewat intuisi dan secara intuitif, yaitu oada sejumlah cendekiawan yang telah menjadikan Ilmu Pengetahuan sebagai dasar pengkajian dan mereka selalu berkata “Kami telah percaya dengan segala yang telah ditetapkan Tuhan dalam prosesnya”. Sesungguhnya mereka itu orang orang yang memiliki kelebihan dalam menggali dasar ilmu pengetahuan yang impirik dan intuisif sebagai ulil labab (sehingga mereka mampu mentakwilkan ayat ayat Mutasapihat itu). Sebab pada surat lain, ada semacam sindiran pada sejumlah KUYAHA’, bahwa “Mereka itu tidak punya dasar ilmu pengetahuan, sebab mereka Cuma menduga duga saja. Sebenarnya praduga mereka itu, tak bisa digunakan sebagai dasar pembenaran.
Sejumlah ayat ayat yang terkait dengan “kerahasiaan” itu, dalam perkembangan ilmu pengetahuan “mutaakhr”, mulai tersingka sedikit demi sediki dan satu persatu potensi kalimat dan kosa kata didalamnya. Antara lain tentang Partikel Boson Higgs sebagai dasar kekuasaan Tuhan dalam mengucap “Kun fa yakun”. Kemudian proses Evolusi Manusia pada Surat Ad-Dhuha. Potensi electron sebagai perangkat informasi dan komunikasi pda Surat An-Nur dan orbitasi angkasa luar yang terdapat pada surat Ar-Rahman. Enersi minyak bumi yang bersumber dari tibunan pohon purba di masa Nabi Nuh, ketika tsunami raksasa melanda Pangea sehingga menjadi benua. Pepohonan yang tertimbun didasar bumi itu menjadi fosil dan berkarbon, sebagai enersi minyak bumi, terdapat pada Surat At-Tien.
Dan masih banyak lagi ayat ayat Mutasabinat disejumlah Surah pada Kitab Suci Al-Qur’an yang bisa ditakwilkan, asalkan para cendekawan Muslim yang Mukmin dan yang Ulil Albab itu, punya dasar ilmu pengetahuan yang ladunni dengan latar belakang sejarah manusia dan kemanusiaan dan berpegangan pada “SUNNATULLAH DAN SUNNATURRASUL”, pada ketentuan Allah dan Ketentuan Rasul, yatu “HUKUM EVOLUSI DAN HUKUM REVOLUSI”.

HASNAN SINGODIMAYAN
Pengarang “Suluk Mu’tazilah

Jumat, 08 Agustus 2014

USWATUN HASANAH



(Proyeksi yang sangat indah)
Oleh : Hasnan Singodimayan

Memperoyeksikan Sabda Rasulullah, memerlukan kajian yang sangat luas dengan sejumlah wawasan ilmu pengetahuan yang mendasar dalam bentuk kajian Antropologi budaya. Sebab sebuah kalimat yang disabdakan Rasulullah mampu menggoncangkan dunia. Baik ketika jaman Rasulullah dimasa itu atau masa sebelumnya, masa kini dan masa yang akan dating. Sekelumit contohnya terdapat pada sebuah Hadist (Mutafaq Alaihi), ketika Rasulullah “meramalkan” Ummatnya disuaru jaman nanti dihadapan sejumlah sahabatnya.
“Pada suatu jaman nanti, nasih sebagian Ummat Islam seperti BUIH yang dipermainkan oleh gelombang samudera”. Para Sahabat kemudian bertanya “Apakah Ummat Islam ketika itu sangat sedikir?”. “Tidak. Mereka cukup banyak” jawab Rasulullah tegas.
“Mengapa mereka bernasb sampai begitu?” Tanya Sahabat selanjutnya.
“Sebab mereka Cuma senang mencari kekayaan dengan segala macam cara dan mereka pada takut mati, karena kekayaannya itu”.
Menurut keyakinan Para Pengamat sejarah dan atropolog. Masa yang diceritakan Rasulullah itu “telah atau sedang” terjadi secara sangat jelas di INDONESIA, bukan di PAKISTAN atau IRAN. Didasarkan pada kajian impirik, jumlah Jamaah Haji terbanyak di dunia berasal dari Indonesia, Iran dan Pakistan. Dan Mahab  yang dianutnya secara potensial, di Iran 90% penganut Syi’ah, di Pakistan 90% penganut Syi’ah dan Sunny, sedang di Indonesia 90% penganut Sunny. Itupun masih terbagi dalam beberapa FIRQAH atau sempalan.
Menurut Clifford Geertz dalam bukunya “The Religion of Java” terdapat tiga komunitas Muslim di Jawa, yaitu SANTRI, PRIYAYI, ABANGAN. Tetapi menurut Pakar Budaya Indonesia sendiri, bisa dijabarkan lagi menjadi Sembilan, yaitu SANTRI, santri Priyayi, Santri Abangan. PRIYAYI, Priyayi Abangan, Priyayi Santri. ABANGAN. Abangan Priyayi, dan Abangan Santri. Dari kesebilan komunitas itu, sudah bisa diketahui kemana arah pandangan hidupnya atau dalam pengertian sempit. Dimana dan mana komunitas Partainya? Bung Karno, pernah bercerita cita, agar bangsa Indonesia, bisa menggabungkan ketiganya menjadi satu ide dalam Jiwanya, yaitu PRIYAYI, SANTRI DAN ABANGAN.
http://sumsel.files.wordpress.com/2013/12/1-pemilu-karikatur.jpgPada tahun 1955, pemiliha umum pertama di Indonesia. Ada puluhan Partai yang ikut pemilihan, tetapi Cuma menghasilkan EMPAT BESAR, yaitu Majlis Syura Muslimin Indonesia, Partai Nahdlatul Ulama, Partai Nasional Indonesia dan Partai Komunis Indonesia. Adapun jumlah partai Islam, cukup sampel, hanya empat partai :MASYUMI, NU, PSII dan Perti. Tetapi ketika terhimpun di Majlis KONSTITUANTE, cukup “menggetarkan” bangsa bangsa di dunia, seimbang dengan PNI, PKI dan Partai kecil yan berserakan sekitarnya.
Ummat Islam Indonesia dalam perimbangan Syariat Sunni semcam aliran, sangat bervariasi, yaitu SUnnah Wal Jamaah, Sunnah bis Syi’iah, Sunnah bil Wahaby, sunnah a la Wali. Sunnah ka Jawi dan Sunnah biknairi Sunnah. Yaitu suatu komunitas yang sering bertengkar dan berdebat tentang syariatnya, tetapi dalam bentuk Khutbah Jum’ah di tulisan dan polemic di medianya masing masing.
Dalam strategi Politik Pemerintahan, ke empat partai Islam itu, pernah direkrut menjadi satu wadah, sehingga menjadi kekuatan yang tak berdaya. Di era Reformasi, pernah terjadi KEAJAIBAN YANG TIDAK AJAIB. Sehingga IRAN DAN PAKISTAN sempat member komentar dan bisikan lirih. Yaitu ketika GUS DUR menjadi Presiden REPUBLIK INDONESIA. AMIEN RAIS menjadi ketua MPR dan AKBAR TANJUNG menjadi ketua parlemen.
“Mengapa mereka tidak secepatnya memperoklamirkan Negara itu menjadi REPUBLIK ISLAM INDONESIA? Sejajar dengan REPUBLIK ISLAM IRAN DAN REPUBLIK ISLAM PAKISTAN. Kedua Negara itu, tidakpernah tahu kekatan budaya dan kebudayaan Indonesia. Muslim Indonesia yang 90% itu, bodoh dan melarat, sementara yang pintar dan kaya, tak mengenal syari’at. Sebab syari’at nya Cuma cari kekayaan dengan segala macam cara.
Sebagian besar muslim di Indonesia, berkebudayaan adhi luhung yang sudah kehilangan maknanya. Bermental seperti buih yang dipermainkan gelombang, tidak bermental seperti “batu karang” yang tak pernah goyang oleh gelombang, yaitu “berilmu pengetahuan” yang dasar dasarnya, cukup banyak didalam Kitab Al-Qur’an.
Oleh karena itu, perlu Re-evaluasi atau sekalian revolusi pada sejumlah “Penterjamahan dan penafsiran A;-Qur’an” berdasar pada ediom edioom global dan universal, untuk rangkaian sebuah ayat Al-Qur’an “KA NA FI RASULULLAH USWATUN HAANAH” (Sesungguhnya pada pribadi Rasulullah dalam perjuangannya, merupakan proyeksi kehidupan manusia yag sangat indah perjuangannya, merupakan proyeksi manusia yang sangat indah dalam kejadiannya) untuk dikaji dan diikuti perjalanannya. Jangan Cuma dikagumi dan dipuji puji dalam ucapan.
Shalawat harus disampaikan dengan sungguh sungguh, ketika mendegar namanya,ketika membaca perjuangannya dan ketika menyimak kebenaran dan ilmu pengetahuannya. Sebab Rasulullah telah dipercaya punya intuisi suci, mengetahui perjalanan ummatnya sampai hari KIamat nantinya. Salah satu diantaranya “Sejarah perkembangan Ummat Islam di Indonesia. “Allahumma Salli ala Muhammad”.
Sejarah perjalanan dan perjuangan Rasulullah dalam proyeksi yang sangat besar dan global itu, merupakan proyeksi sejarah penciptaan manusia seperti yang terdapat dan yang terkisahkan dalam Surat AD-Dhuha seperti dibawah ini :
Ad-Dhuha (Hari hari kerja)
Dengan Nama Allah yang Pengasih dan PEnyayang
1.      Demi Hari hari kerja
2.      Demi malam waktu untuk merenung
3.      Tuhamu masih penuh perhatian, tanpa pernah meninggalkanmu
4.      Sesungguhnya pada masa yang akand atang di akhir nanti. Manusia itu jauh lebih lengkap dan lebih baik, ditimbang masa pertama diciptakan (hamper sama dengan primate yang lain).
5.      Dan Tuhan telah banyak memberikan bantuan, sampai manusia merasa puas dan lega atas semua itu (termasuk tehnologi yang telah dibuatnya).
6.      Bukankah pada mulanya (manusia) didapati dalam keadaan primitip yang kemudian berbudidaya.
7.      Pada mulanya terbelakang kemduan memperoleh ilmu pengetahuan
8.      Pada mulanya dala keadaan sangat rendah dikuasai alam, kemudian pada tingkat tinggi menguasai potensi alam.
9.      Oleh karena itu, kepada komunitas yang masih terbelakang. Engkau jangan menghianya.
10.  Dan kepada komunitas yang kurang berpengetahuan. Engkau jangan ikut menindas.
11.  Dam atas segala nikmat Tuhan. Engkau harus anyak membicarakan dengan cara menyebar luaskan.

Hasnan Singodimayan
Pengarang “Suluk Mu’tazilah”

TIEN WA ZAITUN



(Pohon Purba dan Minyak Bumi)
Oleh : Hasnan Singodimayan

AL KITAB Juz 30 yang biasa disebut”Kumpulan Surat Surat Pendek”, merupakan bagian dari Kitab Al-Qur’an yang sangat sampel dan sederhana untuk dihafal dan dijadikan bacaan dalam Sholat dan Sembahyang. Mudah diartikan dan ditafsirkan secara utuh pleh masyarkat kebanyakan untuk mengkaji dan menguji Keimanan dirinya. Salah satu contohnya pada Surat Al-Ikhlas, sebab tak seorangpun para penafsir yang berbeda pendapat tentang maknanya. Termasuk Penganut Agama Tabi”in yang bukan Agama Samawi.
“Qul Huwallahu Ahad. Allahu Samad. Lam Yalid Wa Lam Yulad. Wa :am Yakun Lahu Kufuan Ahad”.
Tafsir dan artinya dalam sejumlah Narasi, hamper satu dan sama walau diterjemahkan dalam bentuk konvensi tektual. Huruf per huruf, kata per-kta maupun Kalimat per-kalimat. Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dirangkum sebagai falsafah Negara “Ketuhanan Yang Maha Esa” suau penafsiran yang sangat brilian untuk menyatukan bangsa yang “Bhineka Tunggal Eka”.
“Katakanlah ya Manusia. Allah itu Tuhan yang Maha Esa, Tunggal dan Widhi. Allah itu menjadi tumpuhan suatu harapan manusia. Yang tidak berputra dan yang tidak diperputrakan. Allah itu tidak bias dibayangkan dengan sesuatu apapun di alam maya pada ini”.
Juz 30 yang berisi 37 surat itu, tidak seluruhnya mampu diterjemahkan secara sederhana. Ada sejumlah Surat dengan ediom ediom yang harus dipecahkan, berdasarkan “Sejarah pribadi Rasulullah dan sejarah perkembanga manusia” dalam skala yang sangat luas, bersifat sangat Universal dan berpijak pada SUNNATULLAH DAN SUNNATURASUL. Ketentuan Allah dan Ketentuan Rasul. Hokum Evolusi dan Hukum Revolusi. Satu diantaranya adalah Surat AT  TIEN.
TAFSIR AL FURQON : Dengan Nama Allah yang Pemurah dan Penyayang. At-Tien (Buah Tien) 1. Perhatikanlah Tin dan Zaitun (Tempat tinggal Nabi Nuh, dimana banyak pohon Tin) 2. Dan Gunung Sinai 3. Dan Negeri aman ini (Negeri Makkah) 4. Sesungguhnya Kami jatuhkan dia dilapisan yang serendah rendahnya 6. Kecuali orang orang yang beriman dan beramal saleh. Maka mereka itu dapat ganjaran yang tidak putus putusnya. 7. Maka sesudah itu. Apakah yang dapat mendustakan ditentang Agama. 8. Bukankah Allah se-adil adilnya Hakim?.
TAFSIR AL JUMANATUL ALI : DENGAN NAMA Allah yang Maha Pengasuh lagi Penyayang. BUAH TIN 1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun (Tin adalah tempat tinggal Nabi Nuh) 2. Dan demi Tursyina 3. Dan demi Kota (Makkah) yang aman 4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia da;am bentuk sebaik baiknya 5. Kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang serendah rendahnya (neraka) 6. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Maka bagi mereka pahala yang tidak putus putusnya 7. Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan, sesudah (adanya keterangan keterangan) itu 8. Bukankah Allah Hakim seadil adilnya.
TAFSIR AL MU’TAZIL : Dengan nama Allah yang Pengasih dan Penyayang AT_TIEN (Pohon Purba dan Minyak Bumi) 1. Demi Pohon Purba (yang tertimbun diperut bumi, ketika banjir Nai Nuh dan telah menjadi fosil) dan minyak bumi (yang dhasilkan oleh karbonnya) 2. Demi gunung Tursina (yang masih berdiri sebagai saksi sejarah) 3. Demi Negera (Timur Tengah) yang memperoleh hasilnya (demi minyak itu) 4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu sebaik baik ciptaan (mampu menggali karbonnya menjadi minyak) 5. Dan Kami mampu juga, mengembalikan pada tingkat serendah rendahnya (karena saling berebut dan berperang) 6. Dikecualikan mereka yang masih beriman dan berbuat kebaikan dalam pengaturannya. Mereka bakal memperolej keuntungan (dari minyak) it uterus menerus 7. Bukankah Allah telah mengatur sesuatunya dengan aturan yang adil?
Dengan perbandingan tiga tafsir itu, bahwa Al Kitab tidak hanya berbicara tentang Sorga dan Neraka. Tidak hanya bercerita masa lalu, tetapi bercerita juga masa sekarang dan masa yang akan dating. Sebab arti AL BALAD selalu diartikan secara sempit hanya seputar Jazirah Arab dan Kota Makkah. Arti Al-Balad sebenarnya bias dikembangkan sebagai suatu wilayah atau Negara. Baik berbatasan secara tenis maupun berbatasan secara ekonomis, terutama yang berbatasan secara pulitis dan ideologis.
Dan ketiga tafsir itu masih bersilangan dalam mengartikan “Tin dan Zaitun”. Sebagai pohon atau sebagai buah? Atau keduanya “Pohon dan Buah” tetapi ARTI POHON PURBA yang tertimbun diperut bumi sekian ratis ribu tahun ketika banjir Nabi Nuh yang meretakkan Pangea, merupakan kebenaran yang paling mendekati kebenaran. Tidak terjebak pada Kosakata populis. Karena jaman sesudah itu. Kerajaan di Babilonia, Maksidonia, Kreta. Thebe, Romawi sampai dijaman Nabi, masih menggunakan buah zaitun sebagai bahan penerangan atau pelita. Yang sama dengan wilayah Nusantara, menggunakan buah kelapasebagai pelita dan obor menerangi lingkungan, dalam bentuk minyak yang juga untuk memasak makanan dan pengobatan.
KOSAKATA POPULIS itu sering dipaksakan oleh para Penafsir pada setiap ayat tanpa adanya wawasan yang sangat luas. Salah satu diantaranya arti Al-Balad. Barangkali Surat Al-Balad sendiri dalam juz 30 itu, bisa memberi makna yang lebih rinci pada sejarah perkembangannya di alam semesta ini dan di abad ini. Sebab Kitan Al-Qur’an merupakan kitab terakhir dari seorang Nabi dan Rasul yang terakhir \, harus bersifat sangat global dan Universal. Tidak terikat oleh ruang, waktu dan keadaan seperti yang telah ditafsirkan secara unibersal dalam suatu wilayah pengembangannya yang kemudian dikenal sebagai NEGARA TIMUR TENGAH.
AL BALAD (WILAYAH TIMUR TENGAH). Dengan Nama Allah yang Pengasih dan Penyayang 1. Apakah aku tidak boleh bersumpah pada Negara Timur Tengah 2. Dan Engkau Muhammad, telah kurelakan salah seorang diantara Etnisnya 3. Sejak nenek moyangmu dulu sampai dengan generasimu sekarang, yang tersebar di wilayah Arab (dan Magribi) 4. Sesungguhnya aku mencipkan manusia itu untuk berjuang 5. Apakah manusia tidak menyangka “Bahwa ada takdir lain yang bakal brekuasa?” 6. Mereka kemudian menjawb “Kami telah member kekayaan kami (Berupa keuntungan minyak bumi) jauh lebih banyak 7. Apakah mereka tidak mengerti. Jika ada yang melihatnya? 8. Bukankah Aku telah memeberikan dua mata untuk melihat? 9. Sebuah lidah untuk berbicara dengan dua bibir 10. Dan Aku telah menunjukkan dua jalan perjuangan. Yang gampang dan mudah serta yang sulit dan berat 11. Apakah tidak sebaiknya mereka memilih jalan perjuangan yang sulit dan berat 12. Tahukah kamu? Apakah perjuangan yang sulit dan berat itu? 13. Membebaskan diri dari penjajahan (ekonomi) dan perbudakan semu 14. Dan membagikan makanan bagi bangsa yang masih berkekurangan 15. Serta bangsa yang masih terpuruk dan bernasib sama dengan engkau dulunya dan yang masih bernisab dengan kamu(satu etnis) yang sama) 16. Atau kepada bangsa yang masih mau berpesan tentang keimanan dan saling berpisan tentang kesabaran, tuntuk saling dukung mendukung dengan kasih saying (Solidaritas Humanity) humanisme universal 18. Ssungguhnya mereka itu golongan yang bakal menang 19. Dan mereka yang tidka melihat ayat ayat Kami. ,ereka itu yang bakal kami hancurkan 20. Mereka telah berada pada siksa yang tertutup oleh kebenaran.

Hasnan Singodimayan
Pengarang “Suluk Mu’tazilah”