Cari Entri lain

Senin, 06 Februari 2017

SEJARAH ALAS PURWA (SANGHYANG SIRAH SANGHYANG JAGAD)

Hasnan Singodimayan

JAWA, menurut pengertian “Jawanologi” merupakan Jawa Purba yang meliputi seluruh pulau Jawa, Madura dan Bali dalam kajian budaya. Tetapi perkembangan lebih lanjut, malah kian menyempit hanya pada “Jawa Mataraman dan Kebudayaan Mataram”. Di ikuti oleh gerak “Rancake Sunda dan Banteen” dan “Celurit Mas” dari Serambi Madinah Madura. Blambangan dan Bali, masih berada pada Rana Ritual penuh dengan misteri.
Sedang sebenarnya, Jawa, Madura dan Bali, harus pada Jawa Purba sebagai SANGHYANG SIRAH DAN SANGYANG JAGAD, berdasar pada Ramalan Raja Jayabaya dari Kerajaan Dhaha Kediri. Kajia itu diperoleh dari institute JAVANOLOGI, ketika bertemu di Surabaya dan berbincang bincang dengan Tim Selayang Pandang Blambangan, jika pulau Jawa, Madura dan Bali itu, situsnya berbentuk seperti seseorang yang melakukan SESEMBAHAN.
Ketika Ilmu Pengetahuan telah mengenal Peta Dunia secara matematik + global, maka peta Pulau Jawa, Madura dan Bali, tergambar dalam skala yang benar dan tepat. Maka benar benar SITUS pulau Jawa, Madura dan Bali, tergambar seperti seseorang yang tengah melakukan sesembahan dalam posisi berdiri, jika arah timur Alas Purwa dan Pulau Bali berada di atas (Lihat gambar terlampir yang didukung dengan pemotretan dari statelit).
BLAMBANGAN yang terletak diatas, berupa kepalanya sebagai SANGHYANG SIRAH, MEMAKAI MAHKOTA berupa tengkulluk atau Ompyok tergambar ALLAS PURWA alias Hutan Purba. Telah dijadikan wilayah mistik oleh beberapa kalangan, untuk memperoleh intuisi kadar tertinggi, guna mendapatkan kekuatan spiritual dan natural. Sejumlah tokoh tokoh Nasional pernah dan sering berdatangan kesana.
PULAU MADURA, merupakan dekapan kedua tangannya di hadapan SIRAH atau kepala yang melakukan permohonan dengan ucapan takbir SIRAH atau kepala yang melakukan permohonan dengan ucapan takbir bagi muslim. PROBOLINGGO, MALANG DAN LUMAJANG, Tergambar seperti lehernya. SURABAYA DAN SEKITARNYA, merupakan dadanya dan berjantung di KEDIRI DHAHA, situs tempat Jayabaya. Adapun JAWA TENGAH dan DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, tergambar seperti perutnya yang langsing, tahan terhadap nafsu serakah berupa “Mangan lan minum endro”. Borobudur merupakan pusar yang benar benar terletak di Pusat. Sebab jika diukur dari ujung wetan semenanjung Blambangan dan dari Ujung kulon Banten yang banyak dengan kepala batu itu sama jaraknya.
JAWA BARAT ATAU SUNDA, merupakan bagian dari pinggulnya yang semok. Propinsi BANTEN, merupakan gambaran betis dan kakinya. Sedang lutunya berada di DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA. Dikalangan orang Jawa disebutnya BONDO DENGKUL.
PULAU BALI yang terletak di atas SANGHYANG SIRAH, merupakan bentuk harapan dan cita – cita, bagi setiap orang yang melakukan sesembahan dengan sungguh sungguh dan khusus’ untuk memperoleh balasan NIRWANA atau JANNATUN NAIM, berupa SORGA LOKA TANPA SIKSA NERAKA.
Bentuk pulau JAWA, MADURA DAN BALI yang sedemikian itu, bukan suatu proses yang kebetulan secara alami, setelah tenggelamnya Benua Atlantik, tetapi atas kehendak Tuhan. Sebenarnya mitos semacam itu, merupakan bagian dari kepercayaan manusia sebagai hamba Allah dan Khalifah yang diperintahkan Tuhan dalam sabdanya sebagai berikut “Bacalah keadaan itu atas Nama Tuhanmu yang menciptakan alam dari sejumlah Partikel Kun Fa Yakun (Higgs Bosson)”.
Partikel Higgs Bosson yang baru diketemukan itu, merupakan pintu gerbang SAINS untuk meneliti keberadaan alam mistik, seraya mengurai misteri kehidupannya yang sarat dengan MITOLOGI, seperti yang tergambar pada SANGHYANG SIRAH DAN SANGHYANG JAGAD, ynag sering disebut sebagai MEDANG KAMULAN atau SABA’
Sejarah perkembangan JAWA “sejak jaman purba sampai dengan jaman modern sekarang ini” selalu menjadi kajian Para Pakar dunia dari berbagai bidang ilmu pengetahuan, terutama populasinya dan sejumlahh etnografisnya. Sebab Jawa tidak terlepas dengan perkembangan agama – agama besar di dunia. Dan selalu ditunjang oleh perkembangan budayanya yang bernilai sangat tinggi, agung dan religi.
Perkembangan Jawa yang sedemikian itu, sebab sejarah Jawa, mengikuti Hukum Evolusi dan Hukum Revolusi, menurut kaidah Islam yang disebut SUNNATULLAH DAN SUNNATURRASUL. Agama Daud atau Budha yang berasal dari Cina dan transit di Sriwijaya. Pengembangannya berpusat du Jawa. Pengembangan adama Hindu yang dibawa generasi Zdulkurnain dari India, di Jawa perkembangan sangat indah dan menarik, menyatu dengan agama Budha, menjadi agama Dhaha, Hindu Budha, yang dianut oleh Pangeran JAYABAYA.
Jejak armada Majapahit ke Asia Timur dan Asia Barat, sekembalinya di ikuti oleh perkembangan Agama Islam ke pulau Jawadhipa. Dari daratan Cina dan dari semenanjung Gujarat. Perkembangan Agama Islam begitu pesat dan cepat. Mengikuti Hukum Revolusi, sebab hanya dalam waktu yang sangat singkat, FEODALISME JAWA DIGUSUR BERJUASI. Pedagang pedagang Muslim yang berdaangan di PANTURA YANG DISAMBUT oleh para Penguasa setempat yang menamakan dirinya JAWA PESISIRAN DAN BUKAN JAWA MATARAMAN.
Oleh para WALI, perkembangan itu dinilai sebagai KEHARUSAN SEJARAH dan oleh para RESI yang berkonsentrasi di Blambangan dan di Bali, dinilai sebagai KENYATAAN SEJARAH. Kehagursan Sejarah dan kenyataan Sejarah, merupakan Kehendak Tuhan dan buka suatu kebetulan, jika pulau Bali merupakan kenyataan sejarah MASA LAMPAU yang masih bisa DILIHAT WUJUDNYA dengan mata telanjang dan bisa DIRASA nilai ritualnya dengan perasaan. Di dalam Al’ Qur’an disebut ATSARUL QADIMAH. Sebagai gambaran NIRWANA yang berada di atas SANGHYANG SIRAH BALAMBANGAN.
Maka benar kemudian, jika Pulau Bali dikenal dengan sejumlah nama sebagai “Pulau Dewatam Oulau Nirwana, Pulau Seribu Pura, Pulau Maha Meru tanpa kasta dan Pulau Sanghyang Widari yang melahirkan banyak penari, untuk meramaikan budaya Nusantara”. Pulau Bali masih ditakdirkan TUHAN Sanghyang Widi Esa, tetap kokoh beragama HINDU DARMA.
Kemudian perkembangan agama – agama di Nusantara dengan Narasi ummatnya yang begitu banyak dan pesat, tidak sempat berbalik menjelajahi Indonesia, mengurangi kenistaan yang terus menggelembung menjadi AMBISIS JAHILIYAH, tanpa adanya SANGHYANG SIRAH yang mau BERFIKIR DAN BERDZIKIR, tentang literasi SANGHYANG SIRAH yang disebut dalam RAMALAN JAYABAYA, bakal melahirkan RATU ALIT ANYOKOT SURYA sebagai Penguasa SANGHYANG JAGAD. Demi kesejahteraan NUSANTARA INDONESIA.
BANYUWANGI dalam kondisi mencuat secara Nasional dan internasional di ERA SEKARANG, merupakan BERKAH dengan kedudukannya yang berada di SANGHYANG SIRAH yang punya mata dan punya otak. Bermahkota ALAS PURWA yang sarat dengan Mistik dan Metologi.
Tetapi harus waspada pada Sanghyang yang tak bersirah dan yang bermata. Berupa kekayaan yang berlimpah ruah, ada dimana mana. Dan waspada dengan PENOMENA ALAM yang tidak terduga kemunculannya. “KULON GUNUNG WETAN SEGARA< KIDUL ALAS ANGKER, ALAS PURWA”

***********