Cari Entri lain

Sabtu, 22 Maret 2014

PEMBOHONGAN dan PEMBODOHAN



                Produk ritual yang diciptakan Tuhan dan dipercayakan kepada manusia pilihan berupa kitab suci, bukan sekedar kitab mitos yang dibaca dengan nada minir atau dengan suara padu dalam lagu atau dengan suara nyaring melengking mencengkan angkasa. Tetapi merupakan kitab sejarah masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, untuk dikaji pengembangannya sebagai suatu jalan, suatu aturan moral dan sebagai sumber ilmu pengetahuan yang mengandung kebenaran mutlak untuk diyakini. Sehingga manusia tidak terjebak dan tergiring dalam pembohongan dan  pembodohan.
                Sebermula pembohongan dan pembodohan itu, dilakukan pada dirinya sendiri. Sebab kitab-kitab yang dibacanya sekedar dibaca, berdasar pada kosa kata dan artinya secara verbal. Kandungannya secara puitissebagai bahasa ritual, kurang bisa dipahami.
                Maka proses pembohongan dan pembodohan mulai dilakukan dengan bentuk pemaksaan, berupa bangunan yang diangker angkerkan dan para pendukungnya memakai atribut yang bergaya “seperi” Insan Nirwana, Manusia Sorgawi dan omo Firdausi.
                Bahasa ritual harus dipahami dengan produk budaya dan pembudayaan, bukan secara verbal dengan bahasa manusia, seingga menjadi mitos untuk didongengkan dalam bentuk pembohongan dan pembodohan. Sehingga membuat kitab suci kehilangan makna kesuciannya, tetapi menjadi dongeng yang selalu didongengkan sebagai kajian suatu agama.
                Tuhan yang diagung agungkan, yang dibesar besarkan dan yang dikuduskan. Kenyataan di Lapangan Cuma diperkecilkan dan diartisempitkan dengan pembohongan dan pembodohan oleh sekelompok kecil yang bergaya “seperti” wakil Tuhan atau mewakili Tuhan. Lantas dimana Tuhan yang sebenarnya yang sering diucapkan “Yang Maha Esa”?.
                Manusia pilihan hanya dijadikan sumber persaingan dan perpecahan oleh para penganutnya yang bergaya “seperti” Insan Nirwana, Manusia Sorgawi dan Homo Firdausi, tak pernah merasakn beban berat yang ditanggung manusia pilihan, ketika menerima QUANTUM. Baik quantum cahaya yang menyelimuti gunung Thursina, baik quantum suara yang menyelinap dirahim kasa Muntaha atau quantum lain yabng merekati pohon rindang atau menuruni lembah yang dalam dan menjulur keatas puncak gunung yang tertinggi.
                Para penganut yang bergaya “seperti” Insan Nirawan, Manusia Sorgawi atau Homo Firdausi, tidak merasa berdosa jika melangkahi kuasa Tuhan. Melanggar sepuluh perintah, mengkhianati perjanjian dan menentang Hukum Evolusi dan Hukum Revolusi yang pernah diperbuat oleh manusia pilihan dimasa yang lalu.
                Kitab kitab suci dalam bahasa puisi, sarat dengan ritus dan situs, telah bercerita banyak tentang sejarahnya, sejarah manusia pilihan, untuk dipahami dan diikuti jejaknya, tetapi oleh sebagaian besar penganutnya yang bergaya “seperti” Insan Nirwana, Manusia Sorgawi dan Homo Firdausi, tak pernah dipahami dan tak terbaca, sebab mereka msaih berada di area “Pembohongan dan Pembodohan”.

Hasnan Singodimayan
Pengarang “Suluk Mu’tazilah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar