Cari Entri lain

Senin, 17 Agustus 2015

GANDRUNG REPRESENTATIF


SKENARIO yang dibuat Aekanu Haryono dalam penampilan tarian Gandrung di kota Frankfurt Jerman, merupakan garapan yang representative, sebab hanya dalam beberapa menit dan tidak sampai berjam-jam, pagelaran Gandrung itu sudah mencakup hampir seluruh kesenian daerah yang ada di Banyuwangi untuk disuguhkan dan dibaca seperti buku yang diperankan hanya oleh sebelas orang, selaku penari dan pengrawit dengan cara saling dukung mendukung sebagai peran narasi.
Diawali dengan gendung pengantar dan dilanjutkan dengan tari jejer, tari seblang, paju gandrung, angklung, patrol, terbang kuntulan, pracak dan barong. Kesemuanya itu dapat disaksikan secara lengkap dengan urutan yang sangat aktraktif, estetis dan menarik, seperti sedang membaca.
Semoga gerak tari itu dapat membantu para pelaku untuk menolak hawa yang sangat dingin di wilayah Weisbaden itu dan semoga gending PODO NONTON dalam terjemahan puisi, bisa melahirkan banyak inspirasi sesudah Frankfurt Book Fair.


KESAKSIAN BERSAMA

Yang cempedak rebah di jalan
Yang perut perut kelaparan
Yang cempedak rebah di jalan
Yang berjalan tampa lambaian

Oh Putra tersayang
Yang berjalan di empang kebngungan
Yang terjala sutra berbingkai kencana
Melati mungil di sudut halaman
Tersiram layu
Terpetik sekuntum menyentuh hati

Wahai anak gembala
Cangkuli bukit itu
Tanami kacang menjalar
Seikat harga anak perawan

Sebab bunga yang segulung
Harganya hanya seriba
Tiada mahal dan tiada murah
Telah ditawar Penjual bunga

Oh penjual bunga bangsa
Pada dijajarkan didepan Pendapa Para Tumenggung
Yang telah di iring dengan Payung Agunf

Dan bunga yang berwarna merah itu
Darahnya telah terpercik di petilaman
Menyatu dengan darah pahlawan berkuda teji

Berbaliklah
Telah dinantikan Dikau di depan sekali
Di Pendapa ini

Dan di Pendapa ini pula
Selagi para penguasa mabuk kepayang
Gemercing keris terhunuskan
Sebab pahit dan manis telah dicampur adukkan

Banyuwangi, 7 Agustus 2015

Hasnan Singodimayan
Pengarang novel “Kerudung Santet Gandrung”