Cari Entri lain

Rabu, 02 Juli 2014

A L - K I T A B



(Sering dibaca, Jumat, Sabat dan Ahad, sebagai syariat)

Oleh : Hasnan Singodimayan

            Al-Kitab yang diturunkan Tuhan lewat sejumlah Nabi dan Rasul yang diperuntukkan bagi manusia merupakan pedoman dan pegangan hidup manusia. Tetapi jika Penyair WS Rendra pernah berbicara tentang Kitab itu dalam salah satu puisinya yang menyatakan “Tulisannya ruwet tak bisa dibaca”, maka penjabarannya adalah sedemikian “Tafsirnya ruwet dan terjemahannya tak bisa dibaca”. Apalagi WS Rendra sendiri, latar belakangnya bukan Santri dan bukan berangkat dari Pesantren. Jadi harus dimaklumi.
            Tetapi kenyataan yang dismapaikan WS Rendra itu, merupakan kebenaran yang berlaku disejumlah tafsir Al-Kitab, karena penjabarannya dalam setiap kata dan kalimat, tanpa disadari telah termakan “Pola berpikirnya” orang Israil. Contohnya cukup banyak. Satu di antaranya dalam mengartikan “ZAITUN”, selalu diartikan minyak zaitun dari buah zaitun, yang sama dengan minyak kelapa dari buah kelapa. Sedang arti sebenarnya adalah “MINYAK BUMI”. Komoditas yang diperebutkan oleh dunia timur dan dunia barat.
            Kemudian dalam mengartikan “NUR” selalu diartikan API atau CAHAYA tidak sampai pada intinya api dan partikel cahaya, yaitu ELEKTRON. Insya Allah, Al Kitab tidak lagi “Tulisannya ruwet tak bisa dibaca”. Sebab kedua kata itu “Zaitun dan Nur” merupakan kata potensi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan telnologi mutakhir sekarang, semacam televise, computer, laptop, tablet, smartphone dan sejumlah handphone, yang berlandaskan pada SUNNATURASUL, hokum Revolusi. Seperti pada serentetan kalimat dalam surah AN-NUR, ayat 35, dengan perbandingan pada tafsir terdahulu sebanyak tiga buah dan sebuah dari tafsir Al Mu’tazil.
TAFSIR MAHMUD YUNUS (1940)  :  “Allah member cahaya Langit dan Bumi. Umpamanya cahaya itu kepada orang beriman, seperti sebuah lubang di dinding rumah, didalamnya ada pelita. Pelita itu di dalam gelas dan gelas itu kelihatan laksana bintang yang berkedipan diatas langit. Pelita itu dinyalakan dengan minyak kayu berkah, yaitu buah Zaitun yang tumbuh di timur atau di barat. Hampir minyak itu bercahaya dengan sendirinya, meski tidak tersentuh api. Cahaya berdamping dengan cahaya. Allah menunjuk orang yang dikehendaki. Allah menunjukkan beberapa perumpamaan bagi manusia. Dan Ia mengetahua tiap tiap sesuatu”.
TAFSIR AL FURQON (1960)  :  “Allah itu Nur bagi Langit dan Bumi. Bandingkan Nur-nya (adalah) seperti satu kurungan pelita yang didalamnya ada pelita. (Sedang) pelita itu ada didalamnya ada kaca (dan) kaca itu sebagai bintang yang seperti mutiara, yang dinyalakan (dengan- minyak) dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) zaitun, yang bukan bangsa timur dan bukan bangsa barat. Yang minyaknya (sahaja) hamper menerangu walau tidak disentuh api. Nur atas Nur. Allah memimpin atas nur-nya, siapa yang dikehendaki dan Allah mengadakan perumpamaan bagi manusia dan Allah mengetahuo segala sesuatu”.
TAFSIR AL JAMANATUL ALI (2004)  :  “Allah (pemberi) cahaya (kepada) Langit dan Bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti sebuah lobang yang tak tembus didalamnya ada pelita besar. Pelita besar itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur (sesuatu) dan tidak pula disebelah baratnya. Yang minyaknya (saja) hampir menerangi, walau tidak disentuh api. Cahaya yang dikehendaki/Dan Allah membuat perumpamaan bagi manusia dan Allah mengetahui segala sesuatu”.
TAFSIR AL MU’TAZIL  :  “Allah, Tuhan yang menguasai partikel electron yang berada di angkasa (yang tak terbatas luasnya) dan di keluasan bumi (yang tak terhingga isinya). Jika diumpamakan partikel electron itu, bagian dari kekuasaan Allah, maka partikelnya seperti sebuah lobang kecil yang tak bisa ditembus oleh partikel lain. Partikel electron itu telah dibudidayakan oleh akal manusia (sebagai khalifah), kedalam kotak atau tabung kaca. Dan tabung kaca itu seperti menjangkau bintang bintang dan terlihat gemerlapnya (berita dan cerita) seperti sejumlah mutiara. Tabung kaca itu dinyalakan oleh energy lain, berupa MINYAK BUMI (yang bersumber dari pohon purba yang tertimbun di perut bumi dijaman Nabi Nuh) yang telah jadi fosil yang bermuatan carbon (Mengandung minyak yang sering dinamakan Zaitun), tidak hanya ada di timur atau di barat. Dan enersinya berupa lampu pijar, telah dipergunakan untuk menerangi (wajah dunia) tanpa disulut dengan api. Sinarnya berada di atas segala cahaya. Allah membimbing perkembangan partikel electron itu (sebagai ilmu pengetahuan) kepada siapa yang dikehendaki. Allah memberikan perumpamaan itu untuk dipelajari manusia (sebagai khalifah) dan Allah menggatahui segala sesuatunya”.
Berkat perkembangan tekhnologi komunikasi yang sedemikian pesatnya berdasr orang Majuzi yang telah menciptakan tekhnologi komunikasi, baik televise dan computer, maupun telepon seluler, masih juga tidak rela, tidak ridha, jika perkembangan itu telah dimanfaatkan oleh sebagian Muslim, terutama Muslim Mu’tazil. Maka kemudia ditebarkan semacam isu dengan suatu pernyataan dan tulisan “Jika Google hampir saja menyerupai Tuhan yang memiliki semua jawaban untuk semua pertanyaan. Dan Youtube, dinyatakan sebagai tugas para malaikat yang telah diambil alih oleh manusia (mentang mentang sebagai khalifah).
Subhanallah dengan pernyataan itu. Auzdu billah min dzakik san audzubillahi minas syaitonir rajim.

Hasnan Singodimayan
Pengarang “Suluk Mu’tazilah”